Melarang Anak Menonton Anime dan Membaca Manga Memperbodoh Anak?!

July 2, 2013 23:22
Melarang Anak Menonton Anime dan Membaca Manga Memperbodoh Anak?!

Semua orang pernah menjadi anak kecil. Ingatkah pada saat kita kecil bagaimana perlakuan orangtua kita ketika kita sering membaca komik atau menonton anime? Sebagian besar orangtua tidak terlalu suka saat anaknya terlalu sering menonton dan membaca karena mereka menganggap tidak mendidik atau alasan-alasan lainnya.

Kali ini, ada sebuah artikel dari Nicovideo News yang menyatakan argumen mereka tentang apakah anggapan orangtua tersebut itu benar atau salah. Berikut isi artikelnya:

———————————————————————————————————————-

Pada saat kita masih anak-anak, seringkali kita dimarahi oleh ibu kita, “Jangan baca komik atau nonton anime terus. Sekali-sekali baca buku!”, dan pastinya banyak orang-orang yang membalas orangtua mereka dengan, “Berisik deh…”

Akan tetapi, orang-orang tersebut, pada saat mereka menjadi orangtua juga akan melihat kalau anaknya sendiri tidak membaca buku anak-anak, tetapi malah lebih suka membaca komik atau menonton anime. Pada saat itu, sebagian orang tersebut akan merasakan repotnya untuk membuat anak mereka tidak lagi menonton anime atau membaca komik, dan pada akhirnya mengambil langkah yang kasar dengan cara menyita komik anak-anaknya dan juga mematikan televisi.

Akan tetapi di sebuah artikel pendek yang ditulis oleh orang yang pakar di bidangnya yaitu Higuchi Yuuichi (pengajar di Tama University), dengan literaturnya yang berjudul “Apakah anda orang tua yang buruk?” mengenai observasi secara kritis tentang orangtua yang melarang anaknya untuk membaca komik dan menonton anime, yang dikategorikan sebagai “orangtua yang buruk.”

Tergantung dari cara orang tua, menonton anime bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan membaca dan pengertian

Menurut Higuchi, pada saat anak-anak menonton suatu anime dengan fokus lalu kemudian dilarang oleh orangtuanya, anak tersebut kehilangan salah satu kesempatannya untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya dan juga pengertiannya.

Sebagai pengganti tulisan, anime menggunakan gambar untuk menyampaikan suatu cerita, sehingga tergantung kepada kepintaran orangtua, suatu anime bisa dijadikan subjek/tema untuk meningkatkan kemampuan membaca dan mengerti anaknya.

Sebagai contoh, pada saat anak dan orangtua menonton televisi bersama, kita bisa bertanya kepada anak kita, misalnya, “Kenapa si tokoh A melakukan hal seperti itu, ya?” atau bisa juga pada saat acaranya sudah berakhir, kita menanyakan pendapat anak, ” Bagaimana? Filmnya menarik tidak? Bagian mana yang menarik?”

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai pertanyaan itu menjadi bersifat memaksa atau memberikan kesan untuk mengetes anak. Seperti misalnya bertanya, “Apakah kamu tahu apa yang sedang dipikirkan jagoan utamanya saat ini?” atau contoh lain adalah pada saat akhir acara, mencecar anak dengan sejumlah pertanyaan yang malah akan membuat anak tersebut merasa risih. Jadi, hal yang terpenting adalah menikmati suatu karya bersama dengan anak sehingga pembicaraannya tak terasa kaku.

Apabila hal yang dibicarakan adalah tentang anime yang disukainya, seorang anak pasti bisa menjelaskan tentang anime itu secara detil. Untuk menjelaskan suatu cerita kepada orang lain, tidak mungkin anak tersebut tidak memiliki kemampuan pemahaman dan logika. Sebelum mengecap suatu anime itu “vulgar”, cobalah untuk membuat suatu anime itu sebagai sarana untuk diskusi dengan anak.

Membaca berulang kali suatu komik yang sama akan meningkatkan kemampuan berbahasa

Anak-anak biasanya langsung tidak menghiraukan buku pelajaran, tetapi pada saat membaca komik yang disukai, bisa dibaca berulang-ulang dengan seksama. Mungkin juga ada sebagian orangtua yang mengeluh, “Komik itu lagi?”

Ada juga beberapa ibu yang melihat tumpukan komik langganan mingguan anaknya yang sudah menumpuk, membuangnya dengan alasan, “Sudah dibaca, kan? Jadinya tidak apa-apa dibuang juga.” Akan tetapi mau bagaimana pun, seorang anak tidak akan suka pada saat komiknya dibuang secara paksa meskipun itu untuk alasan pelajaran.

Higuchi menjelaskan keunggulan dari membaca ulang suatu komik dengan contoh di bawah ini:

Membaca komik itu tidak bisa sekali atau dua kali. Pada saat membaca pertama kali, kita membaca untuk ceritanya, sedangkan untuk kedua kali dan seterusnya, kita membaca untuk meresapi gambarnya, meresapi perkataannya, dan menikmati perkembangan di dalam cerita tersebut. Barulah setelah itu akan meningkatkan kemampuan berbahasa.

Kemampuan berbahasa yang dimaksud di sini adalah dengan membaca suatu kalimat, bisa mengerti kalimat tersebut tetapi bukan hanya yang tampak di permukaan. Pengertian mendalam yang tidak disadari pada saat dibaca pertama kali, plot cerita, dan juga humor yang ditampilkan di dalam perkataan-perkataan tersebut dapat disadari. Hal ini baru akan didapat pada saat membaca kedua atau yang ketiga kalinya. Dengan membaca ulang berkali-kali komik yang sama, tanpa disadari akan memberikan efek seperti itu.

“Kalau baca komik yang sama terus, bukannya pemahamannya tidak berkembang?” merupakan suatu kekhawatiran yang tidak perlu. Melainkan sebagai orangtua, lebih baik kita mengajarkan anak untuk membaca lebih dari satu kali karena akan menjadi lebih menarik.

Sekian alasan mengapa kita tidak boleh melarang anak untuk menonton anime atau membaca komik. Dengan tidak mengekang hal yang disukai oleh anak, seperti anime dan komik, dan juga dengan menggunakan anime dan komik sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan membaca dan pemahaman anak, sedikit demi sedikit mereka juga akan bisa membaca buku biasa dengan baik.

———————————————————————————————————————-

Sekian isi dari artikel tersebut. Bagaimana pendapat kalian?

Sumber: Nicovideo News