[Review] The Last: Naruto The Movie

April 5, 2015 17:15
[Review] The Last: Naruto The Movie

Halo semuanya, pada hari Kamis tanggal 2 lalu, saya, Nugrahadi, dan Ricoricorii mendapat kesempatan untuk menonton pemutaran perdana “The Last: Naruto the Movie” lho! Film ini dapat masuk ke Indonesia terima kasih atas kerjasama antara Jive Entertainment dan juga ODEX. Film ini akan diputar di bioskop Blitz Megaplex mulai tanggal 8 April mendatang, JOI juga ikut bagi-bagi tiket loh!

Sebelum memulai reviewnya, mari kita napak tilas artikel JOI mengenai film layar lebar yang satu ini. Beberapa poin penting yang saya catat dari artikel-artikel lama adalah kentalnya aura pasangan NaruHina, mulai dari key visual yang menggambarkan mereka tumbuh bersama dan sampul CD yang memperlihatkan mereka berdua. Kemudian, adanya sketsa Sasuke dalam anime ini pun menimbulkan harapan kembalinya tag team epik NaruSasu.  Bahkan desain ninja-ninja lain dari generasi Naruto pun dikeluarkan semua, membuat saya berpikir ini akan menjadi sebuah pertarungan skala besar seperti dalam cerita Great Ninja War di manganya. Namun mari kita selesaikan napak tilas ini dan langsung mulai saja reviewnya.

Gambar-gambar dalam review ini diambil dari trailer yang sudah dipublikasikan sebelumnya.

Sinopsis cerita: 2 tahun setelah Great Ninja War, bulan yang diciptakan Hagurumo Otsutsuki memulai fase jatuh ke arah bumi, dan serpihan-serpihannya turun sebagai asteroid yang menghancurkan segalanya. Di saat ini, di hadapan Naruto muncullah seorang musuh misterius yang bernama Toneri, Toneri mengancam akan menjatuhkan bulan dan menculik Hanabi Hyuuga dari kediamannya. Sebuah tim kemudian dibentuk untuk menyelamatkan Hanabi dan menghentikan misi jahat Toneri.

Kisah cinta yang akhirnya bersemi

Sudah tertebak, dari artikel-artikel yang sudah pernah kami terbitkan kalau anime layar lebar ini akan bercerita mengenai kisah cinta Naruto dan Hinata. Bagi kamu yang punya aspirasi pasangan Naruto dengan Sakura, Naruto dengan Tsunade, Naruto dengan Sasuke dan lain-lain mungkin sebaiknya kamu di rumah saja, saya takut hati kamu tersayat-sayat. Namun percayalah, sinetron anime layar lebar yang satu ini pun akan menyayat-nyayat kokoro walaupun kamu pendukung pasangan NaruHina.

the last naruto the movie review joi (7)

Film ini akan dibuka oleh adegan yang tidak ada di seri originalnya, Masashi Kishimoto membuat adegan antara Naruto dan Hinata yang masih kecil. Karena itu dia membuat key visual dimana Naruto dan Hinata dapat tumbuh bersama, karena perhatian Hinata tidak pernah teralihkan sejak saat itu.

the last naruto the movie review joi (8)

Sakitnya tuh di Sini: The Movie

Walaupun film anime layar lebar ini menceritakan kisah cinta Naruto dan Hinata, tidak terhitung berapa kali lagu Cita Citata yang berjudul “Sakitnya tuh di Sini” terngiang-ngiang di kepala saya. Dada kamu akan menciut berkali-kali, kepalamu sakit, hatimu terenyuh bila melihat kelakuan mereka. Tidak jarang para penonton ‘ikutan’ sakit sama saya berkali-kali. Bahkan Toneri yang karakter baru pun ikut mendapatkan perlakuan yang menyakiti kokoro. Banget.

the last naruto the movie review joi (2)

Yang membuat saya sangat terkejut adalah, film The Last: Naruto the Movie ini adalah kali pertamanya Masashi Kishimoto membuat sebuah cerita romantis. Seperti yang kita tahu, di seri asalnya hampir tidak ada hubungan romantisme yang benar-benar ‘jadi‘ antara karakter utama. Namun, saya merasa cerita yang ditulisnya kali ini sangat menarik, generik memang, namun efektif.

Ditambah lagi film ini memiliki durasi yang cukup memuaskan, mungkin sekitar 2 jam bila dihitung-hitung. Saya masuk ke dalam theater pada pukul 7 malam dan baru keluar saat jam nyaris mendekati pukul 9.30 malam. 2 jam juga adalah porsi yang baik untuk membagi antara porsi cerita dan porsi pertarungan, walaupun saya harus akui, porsi cerita cintanya lebih menarik daripada pertarungannya.

the last naruto the movie review joi (5)

Nama-nama lain yang berhasil kami temukan untuk film ini selain “Sakitnya tuh Di Sini: the Movie” adalah “The Last: NTR The Movie,” “Bang Toyib Jarang Pulang,” “Mungkin Film Ini Nggak PHP,” dan masih banyak lagi.

Kualitas animasinya bagus, tapi…

Menjadi sebuah film layar lebar, tentu saya mengharapkan kualitas animasi yang luar biasa, apalagi dengan promosi yang gencar dari berbagai media. The Last: Naruto the Movie menjawab hal tersebut, kualitas animasi yang mereka suguhkan menurut saya sangat halus dan baik. Desain-desain karakter yang terlihat semakin dewasa merubah pandangan saya kepada setiap karakter di Naruto. Except Sai, he’s still an annoyingly funny immature guy.

the last naruto the movie review joi (6)

Kembali ke animasi, animasi film ini ditangani oleh Studio Pierrot, studio yang sama yang menangani film Naruto Shippuden dan film layar lebar Naruto yang sebelumnya. Mungkin ini adalah perasaan saya saja, walaupun CGnya terasa mewah, namun mereka kekurangan sedikit “ooomph” factor yang memberikan sedikit boost pada kepuasan menonton. Saya harap ini hanyalah pendapat saya saja, karena seperti yang sudah-sudah, setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda.

the last naruto the movie review joi (3)

Tapi, animasinya tetap dapat diacungi jempol karena secara keseluruhan film ini memuaskan. (Bagi saya dan para pendukung NaruHina lainnya)

Verdict: Painfully Good (if you’re a NaruHina supporter)

the last naruto the movie review joi (4)

Ya, painfully karena memang penuh dengan adegan yang bikin kesel, bikin gemes, bikin kamu rasanya pengen nonjok-nonjok kursi di depanmu (tapi jangan dilakukan ya.) Misal kamu sudah terlatih dalam menonton sinetron, FTV dan sebagainya, saya yakin kamu sudah terasah. Namun bagi yang belum, mungkin perlu sedikit penguasaan diri saat menontonnya.

Film ini sangat berat ke bagian kisah cinta antara Naruto dan Hinatanya, bahkan Ricoricorii sampai harus berkomentar: “Walaupun dunia ini akan hancur, tapi bila kamu sedang pacaran, apapun akan terasa indah.” Saya pun yakin perkataan dia benar-benar berasal dari lubuk hatinya yang terdalam.

the last naruto the movie review joi hinata