PBB Sedang Mempertimbangkan Untuk Melarang Penjualan Game dan Anime Yang Melanggar Hak Wanita

February 15, 2016 10:00
PBB Sedang Mempertimbangkan Untuk Melarang Penjualan Game dan Anime Yang Melanggar Hak Wanita

Karena Jepang sudah meratifikasi hasil dari seminar PBB mengenai Penghapusan Diskriminasi Dalam Segala Bentuk Kepada Wanita, kini mereka akan menghadapi sebuah pengkajian ulang. Apa yang akan dikaji ulang oleh PBB adalah hak-hak wanita di Jepang dan mereka akan memfokuskan beberapa hal, mulai dari kesetaraan gender, perbedaan uang pensiun, program kesehatan pasca bencana Fukushima, namun apa yang akan JOI bahas kali ini adalah masalah yang pertama kali mereka sebutkan. Melarang penjualan game dan anime yang mempromosikan kekerasan kepada wanita.

JOI - UN mencoba untuk melarang peredaran anime dan game (1)

Yang menjadi penggerak atas gerakan ini adalah Committee on the Elimination of Discrimination against Women/CEDAW (Komite Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita), sebuah komite yang terdiri dari 23 pakar hak asasi manusia yang tergabung dari seluruh dunia. Mereka adalah pakar-pakar independen yang tidak merepresentasikan negara tertentu. Komite ini akan melaksanakan pengawasan terhadap negara-negara di dunia mengenai bagaimana mereka melaksanakan kesetaraan hak asasi sesuai dengan perjanjian.

Mereka menganggap bahwa anime dan game yang mempromosikan kekerasan seksual melanggar hak-hak wanita pada umumnya dan sudah sepantasnya untuk dihentikan produksinya. Is it true? Let’s talk about that.

Game dan Anime mempromosikan kekerasan seksual pada wanita

Industri game dan anime adalah salah dua dari beberapa industri yang sangat berkembang di Jepang dewasa ini. Walaupun tidak terlihat seperti itu, pop culture di Jepang sudah cukup banyak membantu perekonomian negara tersebut sampai ke titik di mana mereka mereka menutup mata akan sesuatu yang dianggap tidak wajar oleh banyak orang normal di dunia. Bahkan saat anime dan game serta media-media lainnya banyak menggambarkan situasi pornografi di dalam kontennya.

JOI - UN mencoba untuk melarang peredaran anime dan game (2)

Sebut saja beberapa game buatan perusahaan game 3 dimensi, Illusion yang pernah menciptakan game Rapelay yang dilarang peredarannya di beberapa negara. Banyak juga anime yang kemudian memperlihatkan kekerasan terhadap wanita, masih ingat dengan beberapa kematian karakter dalam anime Akame ga Kill yang tidak segan-segan membunuh karakter wanita atau tema-tema tabu seperti Yosuga no Sora.

Tema-tema tersebut membuat cukup wajar bila Jepang tidak memperhatikan hak-hak wanita dengan seksama. Walaupun dalam sejatinya beberapa seri tersebut memang seri-seri aksi yang aksi bunuh-membunuh menjadi sorotan utamanya. Beberapa game lain juga mendorong seseorang untuk memuaskan fetish pribadinya. Fetish yang biasanya tidak akan diminati orang banyak seperti bondage, sadisme, dan masih banyak tema-tema sensitif lain yang sebaiknya tidak usah dibahas lebih jauh.

JOI - UN mencoba untuk melarang peredaran anime dan game (1)

Padahal, game-game tersebut sudah menjadi bagian dari pop culture Jepang sejak lama, eroge pertama diluncurkan pada awal tahun 1980 dan menerima respon yang cukup baik. Game-game ini memang ditujukan kepada pemain dewasa yang sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga seharusnya tidak ada masalah bila orang dewasa memainkannya.

Jepang sudah mengatur regulasi eroge sejak lama

Jepang juga sudah sejak lama mengatur peraturan untuk Eroge dan mengawasi pembuatannya, kasus serupa pernah dibahas pada tahun 2010 oleh stasiun berita internasional terkemuka, CNN. Aktivis hak wanita internasional meminta supaya Jepang berhenti memasarkan dan melarang penjualan game-game dengan tema serupa. Berikut adalah cuplikan dari video tersebut:

Menariknya, dalam video tersebut seorang gamer wanita dari Inggris bernama Lucy Kibble menyuarakan opininya mengenai masalah ini. Dia mendengar mengenai game tersebut dan mencoba untuk memainkannya sendiri. Saat ditanya apakah dia merasa tersinggung oleh game tersebut, Lucy berkata, “Tidak sama sekali.” Menurut Lucy dan pasangannya, game tersebut memberi tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, memberikan sebuah gambaran apa yang seharusnya tidak dilakukan di situasi bermasyarakat.

Hal ini juga membuat saya berpikir, tingkat kejahatan dan perkosaan di Jepang yang sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Mungkin ada peran dari game-game tersebut yang dapat membantu para pemainnya melampiaskan rasa ingin tahunya.

Lalu bagaimana dengan karya-karya buatan negara lain?

Memang fokus kali ini adalah Jepang dan menjamurnya adaptasi permainan dan acara yang mengeksploitasi kekerasan terhadap wanita, namun kita tidak bisa memalingkan muka dari acara-acara lain. Misalnya seperti seri Game of Thrones yang terang-terangan menganggap kekerasan terhadap wanita adalah sebuah berita baik bagi mereka. Penulisnya, George R.R. Martin mengatakan kalau tindak perkosaan adalah bagian dari perang masa kini, dan kita tidak boleh menganggap hal tersebut tidak pernah ada.

JOI - UN mencoba untuk melarang peredaran anime dan game (3)

Selain itu bila kamu juga menikmati manhwa buatan Korea bisa dirasakan bahwa wanita juga mendapatkan perlakuan yang tidak jauh berbeda. Kata Nugrahadi manhwa itu kalau bukan sinetron, pasti ujung-ujungnya jadi pertarungan dengan adegan-adegan mesum, which is true most of the times. Jadi bila mereka ingin membahas mengenai adegan-adegan yang melanggar hak kewanitaan, sebaiknya sekalian saja mereka melarang semua serial TV di dunia.

Lalu bagaimana dengan BL? Dimana kesetaraan gender?

Karena sudah kepalang tanggung membicarakan mengenai hak-hak wanita, bagaimana dengan para pria? Apakah mereka juga tidak punya hak? Tentu eroge/anime tidak terbatas kepada wanita saja, di Jepang pun banyak penikmat seri-seri bertema BL/Boys Love/yaoi/homo atau masih banyak panggilan lainnya. Bila demikian, apakah game dan anime dengan tema di atas tidak termasuk pelanggaran hak kepada para pria?

Apakah pria tidak seharusnya mendapat perlindungan bila dilecehkan? Apakah pria harus menerima pelecehan tersebut like a man? Jadi dimana kesetaraannya?

Respons orang Jepang mengenai masalah ini

Tentu saya sebagai orang Indonesia mungkin memiliki keterbatasan pengetahuan mengenai negara Jepang sendiri dan keadaannya, namun mereka yang tinggal di Jepang pasti lebih tahu. Berikut adalah beberapa komentar para netizen yang ditulis di media Twitter sebagai balasan dari tweet divisi Hak Asasi PBB.

  • Tidak ada yang aneh dengan preferensi seksual, aku sudah membayangkan sadisme sejak umurku 5 tahun. Aku rasa mereka yang memilih melakukan pelecehan seksual di dunia asli harusnya langsung ditahan karena tindakan kriminal. SM di game itu tidak hanya untuk para pria, tapi juga wanita.
  • Aku tidak akan menganggapmu melindungi wanita, karena bagiku kamu hanya merendahkan mereka saja.
  • PBB sepertinya membahas banyak hal namun mereka tidak bisa membedakan huruf China dengan huruf Jepang. Masa menulis Fukushima saja salah.

Masih ada banyak masalah di dunia, namun karena fokus UN kali ini adalah Jepang maka wajar bila mereka adalah target yang akan ‘diserang’. Walaupun bila melihat kasus sebelumnya dimana PBB meminta Jepang untuk melarang peredaran manga loli yang sedikit eksplisit, namun melihat Jepang tidak melakukan apa-apa yang signifikan rasanya diskusi PBB kali ini juga akan dianggap sia-sia. Jepang juga mendiamkan permintaan aktivis hak wanita internasional dalam video CNN di atas mengenai tuntutan mereka. People will also tell them (UN) to shut up.

Saat ini kita hanya bisa menunggu hasil dari konferensi tersebut yang dilaksanakan di Jenewa. Pengumuman resmi dari hasil diskusi tersebut akan diadakan pada sebuah konferensi pers yang digelar pada tanggal 7 Maret pukul 13.30. Hasil konferensi itu tidak hanya akan membahas permasalahan Jepang, tapi juga Iceland, Swedia, Mongolia, Republik Ceko, Vanuatu, Haiti, dan Tanzania.

Laporan tertulis dari negara-negara tersebut saat ini dapat diakses lewat tautan ini.

Sorry. No data so far.