Diskusi Panel Road to KAORI Expo Sukses Membawa Nafas Baru ke Event Jejepangan Indonesia

by
August 9, 2016 19:00
Diskusi Panel Road to KAORI Expo Sukses Membawa Nafas Baru ke Event Jejepangan Indonesia

Acara jejepangan di Indonesia memasuki halaman baru. Dalam Road to KAORI Expo yang terselenggara pada Sabtu dan Minggu (6-7/8), berbagai drama dan pengalaman baru telah terjadi.

Salah satu hal penting yang terlaksana di Road to KAORI Expo adalah pelaksanaan diskusi panel oleh fans yang dilaksanakan dalam enam sesi selama dua hari. Diskusi panel yang dibawakan memiliki format berbeda dari talkshow dan focus group discussion pada umumnya, di mana dalam Road to KAORI Expo, panelis bebas membawakan materi yang menurutnya menarik dan mendiskusikannya dengan peserta yang hadir.

Panel yang menarik perhatian adalah panel bertemakan fandom. Ada tiga panel fandom yang dibawakan dalam Road to KAORI Expo yaitu mengenai “Fighting Games” (oleh Ihsan Fathurrahman bersama tim Fighting Game Enthusiast Bandung), mengenai “Vocaloid” (oleh Adid Khairuzzaman) dan mengenai “Pengantar Dunia Macross” (oleh Caesar Esaputra). Dalam panel-panel ini, antusiasme pengunjung sangat meriah. Dalam panel Macross misalnya, panelis bahkan mengajak pengunjung untuk menyanyikan lagu dari seri Macross 1.

Diskusi panel why fighting games are fun

Diskusi panel Macross 101

Selain mengenai fandom, panel lain yang menarik perhatian adalah panel dengan tema umum. Pada panel pertama mengenai “Akulturasi Komik Indonesia dan Jepang” (oleh M Abdul Karim), pengunjung menanyakan dengan serius bagaimana timeline komik Indonesia pada tahun 1980-an dan menanyakan mengapa generasi muda saat ini tidak mau membaca komik Indonesia zaman dahulu. Panel lain pada hari pertama mengenai “Dinamika Fandom” (oleh Julfikri Ahmad Mursyid) menghadirkan perdebatan mengenai apakah negara perlu mengontrol dan meregulasi dinamika di media sosial. Sedangkan pada panel terakhir tentang “Menjadi Wibu Cerdas” (oleh Ignatius Aditya), panelis dan pengunjung saling berdiskusi mengenai trik wirausaha yang menguntungkan dan mengembangkan potensi bisnis dari hobi dan minat yang ditekuni.

Pengunjung menanggapi antusias panel ini. Aji, salah satu pengunjung hari kedua mengapresiasi usaha Road to KAORI Expo. Menurutnya, panel yang baru kali pertama digelar ini berhasil menjaring minat masyarakat untuk masuk ke dunia fandom dan menciptakan interaksi yang natural. Rizki, peneliti dan dosen di LBI UI, menyatakan bahwa langkah Road to KAORI Expo mampu menurunkan barrier bagi peneliti budaya untuk masuk ke dalam dunia komunitas.

“Kendala utama dalam penelitian budaya adalah aksesibilitas, idealnya setiap peneliti bisa menjadikan subjek penelitiannya sebagai mitra. Mungkin tidak masalah bagi yang sehari-hari ada di dunia fandom, tapi jadi kendala ketika ada orang dari luar lingkaran fandom yang ingin meneliti, dari mana mereka harus memulai. Acara ini membuka jalan,” tuturnya.

Kevin W, wakil ketua panitia Road to KAORI Expo dan direktur utama KAORI Nusantara memaparkan tantangan utama dalam penyelenggaraan diskusi panel. Ia menyebut tantangan paling besar adalah menemukan konsep yang pas untuk mengemas diskusi panel dalam lingkungan Indonesia.

“Acara Comic Con di Amerika memang menyediakan ruang khusus untuk panel. Nah masalahnya, di Indonesia belum ada budaya seperti itu. Mungkin kalau panelisnya saya atau artis medsos, yang datang akan banyak. Tapi kalau peneliti yang mau menyampaikan hasil penelitiannya lantas kita sediakan ruang tertutup, mungkin kalau acaranya di LIPI para akademisi akan datang berbondong-bondong, tapi kalau acara pop culture, siapa yang datang.”

MC diskusi panel

Hal lain yang menjadi perhatian adalah bagaimana diskusi panel dihelat. Ia menegaskan karena budaya panel belum terbentuk, setiap panel harus dibantu oleh satu atau dua MC. Di Amerika, panitia hanya menyediakan tempat dan slot waktu dan kendali panggung berada sepenuhnya di tangan sang panelis, tetapi bila panelis tidak terbiasa menghadapi banyak orang dan ditambah faktor pengunjung yang masih cenderung pasif dalam sesi diskusi, akan ada kekhawatiran sang panelis “mati gaya” di depan panggung.

Terlepas dari kendala-kendala yang terjadi, Halimun Muhammad, General Manager The Indonesian Anime Times sekaligus penanggung jawab panel menilai penyelenggaraan panel secara umum berjalan dengan baik.

“Saya sungguh merasa senang melihat bagaimana fans bisa datang berkumpul dan berbagi ilmu dan pikiran mengenai beragam topik yang diminatinya. Dengan memfasilitasi fans untuk menghadirkan materinya masing-masing tentu lebih memperluas diskusi yang dapat dibangun dibandingkan apa yang bisa disampaikan dari satu orang atau satu institusi saja.”

Sorry. No data so far.