[Review] Final Fantasy XV: Kingsglaive

August 21, 2016 18:00
[Review] Final Fantasy XV: Kingsglaive

Seperti yang sudah kamu ketahui, pada tanggal 17 Agustus lalu, JOI bersama rekan-rekan media dan para pembaca yang beruntung berkesempatan untuk nonton bareng Final Fantasy XV: Kingsglaive di bioskop Cinemaxx, mal fX, Jakarta. Acara nonton bareng tersebut juga bisa diwujudkan dengan bantuan dari PSE sebagai sponsor utama. Buat yang belum PO game-nya, bisa PO game tersebut di PSE, loh. Jangan lupa ya.

Now that we’ve had that shameless advertising aside, let’s talk more about the movie.

Final Fantasy XV: Kingsglaive adalah sebuah film baru dari Square Enix dan Visual Works untuk memperkenalkan para penggemar ke dunia Final Fantasy XV yang masih juga di-delay. Bagi yang belum pernah bermain atau menonton Final Fantasy apapun sebelumnya, tenang saja karena saya pun belum pernah memainkannya (yes, please, sue me).

JOI - kingsglaive review (6)

Melihat dari kacamata seseorang yang tidak pernah bermain game Square Enix selain Kingdom Hearts dan menonton Final Fantasy VII: Advent Children, pada awalnya saya takut tidak akan bisa mengerti film ini. Namun tenang saja karena menurut saya siapapun bisa menontonnya. Kingsglaive tidak se-“elit” itu. Tapi apakah film ini layak untuk ditonton? Mari kita bahas bersama-sama.

Harap dimengerti sebagian review ini mengandung spoiler, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Silahkan melanjutkan membaca dengan kesadaran penuh atas informasi ini.

Poor storytelling

Sebagai film prekuel yang tidak dibintangi oleh Noctis, film ini mengusung Nyx Ulric, seorang Kingsglaive (tl: pedang raja) yang dibentuk oleh raja Regis untuk memerangi pasukan Niflheim yang menyerang daerah milik kerajaan Lucis. Mereka bertarung menggunakan kekuatan sihir yang terhubung langsung kepada sang raja dan dapat melakukan teleport (which will confuse a lot of people) dan melancarkan serangan-serangan sihir lain.

JOI - kingsglaive review (5)

Now don’t get me wrong, bukan artinya FF XV: Kingsglaive memiliki cerita yang buruk, tetapi lebih kepada penceritaan yang terlalu terburu-buru. Saking terburu-burunya, saya menonton film ini menganggap kalau sebenarnya film tersebut adalah potongan-potongan cut scene dari game-nya yang dijahit menjadi sebuah film. Bagi saya, FF VII: Advent Children bercerita lebih banyak dalam waktu yang relatif sama.

Penjelasan mengenai kerajaan Lucis maupun Niflheim terasa terlalu singkat dan terlalu cepat, bagi para penonton, rasanya sulit untuk mencerna seluruh informasi tersebut. Apalagi setelah itu cerita langsung bersambung ke pertarungan yang jujurnya terlalu cepat untuk dilihat oleh mata manusia. Banyaknya karakter yang muncul di awal cerita juga membuat saya bingung ini siapa, itu siapa, ngapain kalian, woy pelan dikit napa.

JOI - kingsglaive review (7)

Pada akhirnya film ini juga punya beberapa momen-momen pelan yang membuat saya bisa mengaitkan sekelebat informasi yang dikebut di awal kepada alur cerita berikut-berikutnya.

CG-riffic battles

Bila ada sebuah redeeming point yang dimiliki oleh film ini, tentu hal tersebut berada di kualitas CG-nya. Di beberapa tempat memang terlihat seperti CG cutscene dalam game yang seharusnya dipoles lebih baik lagi untuk ditayangkan di layar lebar. Namun bila ada yang harus saya acungi jempol adalah pertarungan-pertarungan para Kingsglaive dengan pasukan Niflheim.

JOI - kingsglaive review (4)

Basicallythe fight is easily the best part of this movie. Bayangkan kamu punya sekelompok orang yang bertarung menggunakan magicthrowing flames and lightning around, creating a great firestorm all the while possessing a blink dagger that never runs out. Kamu pernah main DotA? Tentu kamu tahu tentang blink dagger. Bayangkan sebuah blink dagger yang tidak punya cooldown and you’re set to go.

Efek-efek yang ditampilkan oleh film ini sangat memanjakan mata, mulai dari hancurnya gedung-gedung sampai efek terbakarnya sedikit pakaian mereka karena percikkan api saat mereka bergerak begitu cepat. Convenient teleport is convenient indeed.

JOI - kingsglaive review (2)

Sayangnya karena begitu banyaknya teleport yang terjadi dalam pertarungan ini, mungkin matamu belum bisa menyesuaikan kepada pertarungannya di awal film. Mungkin ada baiknya kamu menonton Naruto sebelum menonton Kingsglaiveyou know, they move like one.

Namun di lain pihak, pergerakan para karakter dalam filmnya pun terlihat sangat halus dan bergerak dengan sangat fluid. Hal ini dikarenakan film ini diambil menggunakan teknik motion capture dimana benar-benar ada orang asli yang bergerak untuk adegan-adegan dalam film. Mereka bahkan menggunakan sebuah alat khusus untuk merekam ekspresi masing-masing pemainnya.

JOI - kingsglaive review (3)

Juga jangan takut bagi para cosplayer, sutradara Takashi Nozue juga berkali-kali berkonsultasi kepada para hairstylist mengenai rambut-rambut dari para karakter yang tampil di film Kingsglaive. Dia ingin supaya rambut-rambut tersebut juga bisa dibentuk di dunia nyata tanpa bantuan wig.

CG-riffic Gundams

Seri Final Fantasy tidak lengkap bila tidak ada monster-monster oversized, who’ll serve as the biggest annoyance to the main characters. Masih ingat saat Bahamut datang mengamuk di FF VII: Advent Children? Saat itu dia hanya mengamuk di sebagian kecil filmnya, benda apapun yang mengamuk di Kingsglaive mengamuk sampai akhir.

JOI - kingsglaive review (9)

Namun bila saat itu Cloud dan kawan-kawan epically mengalahkan Bahamut, Kingsglaive punya beberapa gundam yang akan bertarung melawan makhluk yang disebut Daemon oleh kerajaan Niflheim. Saya tidak ingin men-spoiler lebih jauh jadi lebih baik kamu tonton sendiri untuk melihat betapa majestic-nya adegan tersebut.

Verdict: “Hero”/10

You’ll hear “hero” quite a lot in the film, and I do feel like the ending is that fitting for a hero. FF XV: Kingsglaive mungkin bukanlah film dengan cerita yang terbaik atau memiliki penceritaan yang dapat membuatmu menikmatinya. Pace dan ceritanya juga bukan yang terbaik, namun mereka cukup berhasil dalam mendeskripsikan karakter masing-masing.

JOI - kingsglaive review (8)

Cerita memang bukan fokus utama film ini. Bagi saya pertarungan ekstra panjang di akhir film ini membuat saya merasa kalau film ini, it’s all on the CG. Secara keseluruhan, Square Enix dan Visual Works mempersembahkan karya yang sangat indah. World building dan desain kostum khas mereka yang eye pleasing menjadi faktor utama kenapa saya ingin melihat film ini.

Stunning is an understatement bila melihat desain kota Insomnia, and I can’t stress that enough. Bila kamu senang menonton film dengan dunia fantasi yang luar biasa keren, kamu harus mencoba menonton FF XV: Kingsglaive. CG yang disuguhkan dijamin bisa membuat matamu segar untuk kabur dari dunia sehari-hari. Tapi hati-hati, film ini bisa membuatmu keracunan ingin beli konsol baru dan game PS4-nya.