[Review] Yu-Gi-Oh! The Dark Side of Dimension

Pada hari Selasa lalu, JOI kembali berkesempatan untuk menonton film layar lebar terbaru, Yu-Gi-Oh! The Dark Side of Dimension dengan ajakan dari Jive Entertaiment. Film yang dibuat untuk merayakan 20 tahun berjalannya seri Yu-Gi-Oh! buatan Kazuki Takahashi sejak tahun 1996. Tentu, kamu yang tumbuh di era 2000-an awal pasti familiar dengan seri yang satu ini karena komiknya yang selalu diterbitkan di toko buku terdekat.

Mengusung sebuah cerita orisinal yang mengambil tempat 6 bulan setelah akhir dari manga, tentu Atem sudah tidak ada dalam film ini. Supposedly. Dalam film ini, Yugi dan teman-teman yang sudah duduk di kelas 3 sedang dalam proses pencarian jalan hidup mereka masing-masing. Apa yang akan dilakukan oleh mereka setelahnya, dan apa mimpi mereka masing-masing.

Namun salah satu karakter utama dalam film ini, Seto Kaiba ternyata masih tidak bisa terima dengan hilangnya Atem. Selain mengembangkan sistem duel baru, dia memiliki tujuan lain dengan sistem baru tersebut.

joi-review-yu-gi-oh-dark-side-of-dimensions-3

Sebelum menonton film ini, kamu bisa mencari 2 chapter manga yang ditulis oleh Kazuki Takahashi yang berjudul TRANSCEND GAME. 2 chapter tersebut memperlihatkan kisah Kaiba dan perjalanannya mencari sistem duel baru yang bisa menembus batas dimensi manusia. Dalam manga ini juga diperlihatkan kalau dia bertemu salah satu karakter kunci dalam film ini, Sera; juga kemunculan pertama dari antagonis utama, Diva.

Bagi kamu yang ingin menonton film ini, jangan lupa kalau film ini sudah mulai ditayangkan di bioskop-bioskop lokal, tepatnya di bioskop-bioskop CGV Blitz mulai tanggal 9 November lalu. Film ini memiliki poin-poin yang menarik, antara lain:

+ Great camera work

joi-review-yu-gi-oh-dark-side-of-dimensions-5

I love the way they play with the angles.

Salah satu poin terbaik dalam film ini adalah sudut-sudut pengambilan gambar yang sangat ekstrim dan eksotis, membuat pengalaman menonton jadi lebih seru. Apalagi setiap karakter sepertinya super lebay dalam mengambil kartu, dipadu dengan cara mereka bermain yang juga bombastis, membuat pertarungan jauh lebih dramatis. Which is probably one of Yu-Gi-Oh!’s biggest forte anyway, being lebay.

+ Catching up on the missing pasts

joi-review-yu-gi-oh-dark-side-of-dimensions-2

Bila ada hal yang menarik dalam film ini adalah banyak masa lalu karakter yang sebelumnya belum pernah diceritakan, dijabarkan dalam film ini. Pernah penasaran bagaimana Ryo mendapatkan Millenium Ring atau penasaran siapa itu Shaadi sebelum dia muncul dalam seri manga-nya. Saya lega ketika akhirnya saya bisa melihat beberapa masa lalu mereka, it does answers some questions I have within me ever since I’ve finished reading the manga.

+ Fast paced duel

joi-review-yu-gi-oh-dark-side-of-dimensions-9

Bila kamu kurang familiar dengan kartu-kartu yang digunakan dalam film ini, you’re out of luck, karena sistem dimensional summon yang digunakan memungkinkan pemanggilan cepat bahkan saat di tengah pertarungan. Setidaknya saya sarankan kamu sudah tahu tata cara bermain kartu Yu-Gi-Oh! sampai ke kartu-kartu yang terbaru untuk bisa maklum dengan berbagai macam strateginya.

Selain itu, saya juga merasa pertarungan antara para karakter berlangsung terlalu cepat, berbeda dengan pertarungan-pertarungan dalam film-film sebelumnya seperti Pyramid of Light atau Bonds Beyond Time yang menghabiskan lebih dari 80% waktunya untuk sebuah duel yang epik. Duel-duel dalam film ini jauh lebih singkat dan cepat, bahkan kadang terasa kurang puas. There’s always that awesome Kaiba duel though.

joi-review-yu-gi-oh-dark-side-of-dimensions-7

Namun setidaknya film ini memiliki durasi yang cukup memuaskan, tepatnya selama 130 menit menurut penjelasan salah satu staf Jive Entertainment. Ceritanya pun cukup menarik untuk diikuti, namun jangan berharap banyak. Tidak banyak alasan yang bisa membuat saya menonton film ini kecuali…

Warning: Bagian setelah ini akan memuat beberapa spoiler demi menjelaskan betapa luar biasanya Seto Kaiba.

+ Kaiba: Transcending the Gods

Sejak dalam manga-nya, Kaiba adalah karakter favorit saya dari seri pertama ini, jauh melebihi Yugi ataupun Atem. Perjuangannya yang jatuh bangun setelah dikalahkan Yugi, dipermalukan Pegasus, dikerjain Marik, dan masih banyak lagi namun dia tidak pernah patah semangat. Mungkin karena dia punya uang yang banyak. Banget.

joi-review-yu-gi-oh-dark-side-of-dimensions-1

Dalam film layar lebar ini, benda-benda yang dibuat oleh Kaiba semakin absurd. Saya semakin heran apakah uangnya benar-benar tidak terbatas sampai-sampai dia harus membuat sebuah stasiun luar angkasa dan orbital elevator hanya untuk mencari cintarivalnya yang hilang. Dia juga punya pesawat jet Blue Eyes baru serta kemampuan laboratoriumnya kini berkembang pesat dengan komputer augmented reality seperti dalam Iron Man.

Have I told you that he has Domino City (and probably soon, the World) in his hands now?

joi-review-yu-gi-oh-dark-side-of-dimensions-4

Namun tidak hanya diberkahi kekuatan uang, Kaiba juga diberkahi dengan kekuatan tekad yang luar biasa. Selain kekuatan mentalnya yang tidak pernah habis sampai ke titik darah penghabisan, kamu juga dapat melihat Kaiba kini melebihi Atem sebagai seorang raja. Kalau Atem butuh nama raja untuk memanggil ketiga dewa terkuat dalam makam ingatan raja, Kaiba memanggil Obelisk the Tormentor out of nothing at all.

Untuk saya, sebagai seorang duelist Kaiba sudah jauh melampaui Atem pada saat itu juga, hanya saja kekuatan destiny draw Atem memang sangat susah untuk dilawan.

+ Kaiba: Gagal move-on

joi-review-yu-gi-oh-dark-side-of-dimensions-6

Salah satu plot point dari movie ini adalah karena Kaiba yang masih kesal karena Atem kini sudah tiada, dan merasa ada yang terganjal karena dia belum sekalipun menang. Bahkan setelah menghidupkan kembali Atem lewat ingatannya dan virtual reality miliknya, dia tidak akan puas sampai dia bisa mengalahkan Atem yang sebenarnya. Dalam film ini, kamu bisa lihat dedikasi besar Kaiba yang mencurahkan entah berapa trilyun Yen atau lebih hanya supaya cintanya dendamnya dapat terbalas.

+ Ponytailed Anzu

joi-waifu-wednesday-anzu-mazaki-11

Satu lagi yang tidak saya kira akan terjadi dalam film ini adalah untuk melihat Anzu dalam gaya rambut lain. Secara general, karena perbedaan generasi dan desainer karakter memang Anzu akan terlihat berbeda. Namun hanya butuh sebuah ponytail untuk membuat image dia berubah 180 derajat. Karena ponytail itu juga adalah alasan kenapa saya menulis Waifu Wednesday kemarin.

Verdict: Kaiba will always love you/10

*cue that Whitney Houston song*

Basically, film ini adalah sebuah film kisah gagal move on-nya Kaiba kepada Atem. Namun di lain pihak bisa juga dilihat sebagai film yang memperlihatkan ambisinya untuk mengalahkan raja duel, and he’ll stop at nothing to achieve itNot even fateI think that’s probably what this movie is trying to achieve, originally.

Nggak cukup alasannya? Ada loli juga.

Nggak cukup alasannya? Ada loli juga.

Sebagai sebuah film Yu-Gi-Oh!, film ini bukanlah film favorit saya, that title is owned by Bonds Beyond Time due to Judai existence and yes he’s my favorite protagonist. Ceritanya tidak terlalu dalam, dan tujuan antagonis seri ini pun cukup generic. Namun mungkin yang paling saya sesalkan adalah klimaks film ini tidak dieksekusi secara maksimal. It gives a strong impression on the start of the movie, but then they kinda threw it away on the end.

Namun setelah klimaks tersebut, kamu akan dihibur lagi dengan Kaiba sih, so it’s not that bad. Secara keseluruhan film ini cukup menghibur dan memberikan sensasi nostalgia kepada para penggemarnya. Walaupun kalau kamu tidak pernah menonton Yu-Gi-Oh! sebelumnya paling hanya bisa bengong. Jadi pastikan kamu paham dengan dunia Yu-Gi-Oh!, sadar kalau Kaiba itu penguasa dunia, dan pernah bermain kartunya supaya kamu cukup paham dengan film ini.

Last but not least, ini memang bukan film Marvel, tapi tetaplah duduk sampai credits-nya selesai. Ada kejutan yang menantimu. Ingat, jangan pergi dulu.

Disc-co

Jadi saya datang menonton film ini ditemani oleh Don Disc-co, namun pihak yang bersangkutan malas untuk menulis malah dia kemudian membuat sebuah video review. Lihat video review dia di bawah ini: