[Celebrity Sunday] Rianti Hidayat

March 26, 2017 15:49
[Celebrity Sunday] Rianti Hidayat

Celebrity Sunday kali ini cukup berbeda dengan biasanya dari berbagai sisi. Yang pertama adalah kreator yang dibahas kali ini bukanlah asal Jepang, tetapi asal Indonesia. Yang kedua adalah format yang digunakan kali ini adalah wawancara. Kreator yang dibahas kali ini adalah Rianti Hidayat yang baru-baru ini terkenal ikut menangani The Legend of Zelda: Breath of the Wild.

Berikut adalah kutipan wawancaranya: (Tidak ada perubahan, hanya sedikit di-edit untuk kerapihan)

Bisa perkenalkan diri dengan singkat?

Halo Gamer dan otaku Indonesia! Salam kenal, Rianti here.

Saya kelahiran Bandung; dan lulus dari ITB pada tahun 2007 di bidang Desain Komunikasi Visual jurusan desain Grafis. Kemudian saya melanjutkan ke Master Art & Desain di ITB.
Selepas itu saya berkarir di Ubisoft Singapore; di sana saya sempat mengerjakan beberapa proyek game, juga terlibat dalam proses produksi awal dari Ghost Recon Online.

Tak berapa lama saya mendapat beasiswa master di Tokyo University of Technology. Sambil melanjutkan sekolah; saya mengerjakan internship di CyberConnect2; tempat lahirnya game Naruto, .hack, dan masih banyak lagi; begitu lulus saya langsung bekerja full time di tempat yang sama. Selama di CyberConnect 2, saya terlibat dalam berbagai proyek game seperti Shadow Escaper, Shinigami Messiah, Full Bokko Heroes, Final Fantasy 7 G-Bike untuk platform iOS dan juga mengerjakan job desc ilustrasi untuk buku kompilasi IP mereka seperti .hack dan Asura Wrath.

Semenjak itu saya lanjut berkarir di Jepang hingga sekarang dan terlibat di beberapa proyek baru lagi seperti Shironeko Project; salah satu iOS game terbesar di Jepang; dan berkesempatan untuk turut ambil bagian di The Legend of Zelda: Breath of The Wild.

Untuk kesibukan rutin tahunan; setiap tahun saya aktif sebagai sub-committee dan staff di SIGGRAPH Asia; sudah memasuki tahun kedelapan; and still counting.

Mulai menggambar sejak umur berapa?

Saya mulai menggambar sejak SD tapi persisnya ga ingat umur berapa. Tipe ‘teman sekelas yang suka gambar’, kurang lebih seperti itu yaaa. Dan saya bersyukur bahwa hobi ini mendapat dukungan penuh dari kedua orang tua saya.

Diawali dengan mempelajari karakter-karakter film, komik, game favorit seperti Sailor Moon, Doraemon, Detektif Conan, Final Fantasy, Suikoden, hingga Disney lalu mencoba membuat komik sendiri meski dengan skill seadanya dan tanpa dasar teori apapun.

celebrity-sunday-rianti-hidayat-2

Apakah sejak awal memang bercita-cita ingin menjadi bagian dari industri game? Atau hanya kebetulan skill menggambarnya cocok dengan industri game?

Hasrat ini ada sejak sekitar 17 tahun lalu; dimana hidup saya berubah saat bertemu dengan sebuah game berjudul Suikoden 2; dimana ini adalah game pertama yang berhasil menyentuh emosi saya dengan ceritanya yang menyentuh. Saat itu saya yang masih abg merasa ada sesuatu yang membuka mata dan dunia baru; WOW, ternyata media game tuh bisa bikin orang terharu begini ya… deeper than I thought seperti halnya film.

Dan sejak itu bercita-cita menjadi game artist dengan harapan suatu hari saya bisa menghadirkan impact yang sama bagi setiap orang yang menikmati karya saya. Sayangnya pada saat itu belum ada game industry di Indonesia, jadi tidak ada pilihan lain harus aim ke luar negeri. Cita-cita ini dulu adalah bahan tertawaan, tetapi itu jadi motivasi.

Seterusnya saya jadi rajin bermain game sambil mempelajari karakternya, belajar corat coret membuat karakter sendiri, dan lain-lain. Skill saya rata-rata otodidak, karena saat itu akses informasi masih sangat terbatas dan saya kurang memiliki info apakah ada tokoh di Indonesia yang berprofesi sebagai game artist yang bisa diajak berdiskusi.

Jadi ya ini perjalanan yang cukup panjang sih. Spend half of my life to become game concept artist.

Bagaimana ceritanya bisa tinggal di Jepang? Sudah berapa lama tinggal di sana?

Di sini sudah hampir 7 tahun. Saya berangkat atas beasiswa Monbukagakusho dari pemerintah Jepang Program Asia Jinzai di Tokyo University of Technology. Saat itu saya sudah bekerja di Ubisoft Singapore. Sambil kuliah master yang kedua ini, saya bekerja sebagai intern di CyberConnect2, company yang terkenal dengan game Naruto dan .hack. Sejak itu berkarir di Tokyo hingga sekarang.

celebrity-sunday-rianti-hidayat-4

Pengalaman kerja di studio game apa saja?

Ubisoft Singapore, CyberConnect2, dan COLOPL,Inc. Disamping itu juga saya banyak mendapat order dari klien berbagai industry seperti membuat set visual untuk game UNESCO, Unity Technology Japan, dan lain-lain.

Kalau melihat portofolionya di LinkedIn, Rianti sudah mengerjakan berbagai macam game. Ada pengalaman unik yang bisa di-share?

Gambar saya pernah benar-benar dibuang ke tempat sampah sama atasan ^^. Itu merupakan training mental supaya artist terbiasa dengan kritik, dan tidak terlalu terpaku dengan 1 gaya desain. Karena concept artist merupakan problem solver dan diharuskan membuat banyak alternatif visual (berpuluh-puluh atau ratusan lembar adalah hal biasa) dari 1 skenario, karakter, environment, dan lain-lain. And at the end of the day, yang akan dipilih dan dikembangkan hanya 1 atau 2. Sementara puluhan desain lainnya akan ended up tidak terpakai atau secara ekstrim terbuang. Tapi bukan berarti puluhan desain itu jadi percuma, desain-desain tak terpakai tersebut adalah alasan dari mengapa hasil desain akhir di game menjadi seperti yang terlihat di final produk.

Merujuk kembali ke LinkedIn, saya lihat saat ini kerjanya freelance. Bisa ceritain gimana bisa dapet kerjaan dari publisher game ternama untuk The Legend of Zelda: Breath of the Wild?

celebrity-sunday-rianti-hidayat-3

Kalau secara detail full saya gak bisa cerita. Tapi semuanya diawali saat saya menerbitkan storybook saya yang pertama, Terry the Burdenlifter, dimana buku itu jatuh ke tangan orang yang tepat dan 1 hal bersambung dengan hal lainnya hingga kesempatan untuk terlibat akhirnya datang pada saya. Ini kira-kira sekitar 3 tahun yang lalu.

Jadi, my advice buat artist-artist, jangan segan terus mengeluarkan karya ke luar sana (kalau disimpen sendiri ga bakal jadi apa-apa). Di jaman sekarang karya kamu bisa ended up reaaallly really far.

Ada saran untuk para illustrator di Indonesia yang ingin go pro/kerja di industri game?

Pertama, research. Disini tertulis “illustrator“, yang pengertiannya berbeda tergantung perusahaan. Illustrator beda dengan concept artist; meski di Indonesia masih bias deskripsinya. Yang membuat ilustrasi di packaging game (illustrator) misalnya, bisa jadi berbeda dengan orang-orang yang mendesain karakternya in the first place (character designer/concept artist).

Jadi cari tahu sejelas mungkin apa yang mau dilakukan di industri game. Profesi di game banyak banget, artist saja dibagi-bagi dari concept artist, texture artist, animator, dan masih banyak lainnya. Kemudian ada programmer (yang terbagi-bagi lagi). Atau ada yang hybrid, yang suka art tapi juga suka programming kemudian menjadi technical artist.

Cari tahu apa minatmu, dan cek requirement-nya. Tidak cukup hanya suka gambar dan senang karakter kamu gerak-gerak dan lawan naga. Cari tahu juga nama profesi itu di perusahaan game lainnya, karena profesi yang job desc-nya mirip bisa punya nama berbeda di perusahaan berbeda (atau gabungan dari beberapa profesi).

Trivia: Ada profesi Graphic Design Director di Ubisoft Montreal, dan kerjanya sedikit beda dari art director. Saya juga baru tahu hal ini tahun kemarin…

Kedua, which is obvious : Keep Practicing (terutama dasar-dasar ilmu itu sendiri, dari segi art misalnya anatomi, balance, color theory, dll). Advice yang saya dapat sendiri dari Audran Guerard, art director saya di Ubisoft. Bayangkan, Ubisoft itu isinya orang-orang ber-skill tinggi, tapi masih saja latihan sketsa, life drawing rutin setiap hari/minggu/bulan. Semua profesional berawal dari amatiran, amatir yang terus menerus berlatih. Be warned though, advice ini ga ada gol nya. Setelah jadi pro pun tetap harus latihan.

Ketiga, Persisten.
Yang saya kira berlaku di semua profesi. Cuma bilang ingin kerja di industri game, atau ingin jadi dokter itu gampang. Yang susah adalah step-step yang harus dilakukan untuk bisa kesana. Saya pernah jadi asisten mengajar ekstrakurikuler desain dan melihat banyak banget anak Indonesia yang sangat bertalenta. Tapi sayangnya banyak yang berenti atau menyerah di tengah jalan hanya karena 1-2 hambatan. Biasanya tantangan di Indonesia itu; seni masih dipandang setengah mata dibanding bidang keilmuan lainnya. Bahkan sering dianggap sebagai bukan profesi yang menjanjikan. Para artist mungkin familiar dengan kata-kata ini; “logo kan sederhana, kok gitu doank berjuta-juta sih? Saya cuma punya budget 75 ribu, kita kan teman?”

Keempat: Networking/eksis Keluar dari zona nyaman dan cari teman yang banyak.
Ikuti event, buka booth dalam pameran, aktif di social media, volunteering, and show your work and show people what you are doing. Belajar bicara dengan orang, belajar menjual skill. Pekerjaan itu 80 persen datang dari friends of friends who know what you are doing and trust you will do it properly. Dan klien yang puas pasti akan kembali dengan membawa klien lain.

Mungkin salah satu impian dari otaku adalah tinggal di Jepang. Kalau memang ada niat begitu, ada saran tidak apa saja yang harus dipersiapkan, baik dari sisi materi dan mental.

Saya juga otaku sebenarnya, jadi saya ngerti betapa mahalnya hobi kita hahaha. Jadi ya, siap materi memang perlu. Tapi jalan untuk kesana tuh ada banyak dan bisa memanfaatkan talenta kalian masing-masing, salah satunya beasiswa.

Dan belajar Bahasa Jepang perlu banget. Bukan hanya untuk survive, tapi juga supaya tidak kelewatan event-event asik otaku yang cuma bisa dicari tahu dengan menyelusuri blog developer misalnya.

Dan be aware of cultural gap, tapi jangan terlalu terjebak dengan stereotipe seperti yang suka digambarkan di komik-komik ^^ Image saya sebelum berangkat Jepang dan setelah merasakan mencari makan disini, jelas sangat jauh berbeda, tidak semuanya workaholic seperti yang dibilang, dan banyak orang Jepang yang bukan otaku. Saling menghormati budaya masing-masing tapi tetap open dan menjadi diri sendiri itu penting.

Terakhir, tentu saja persiapan mental yang harus sangat matang ya, jangan begitu menginjak Jepang lalu terjebak euforia; karena disini persaingan dan tantangannya jauuhhh sekali berbeda dengan di Indonesia 😀

celebrity-sunday-rianti-hidayat-5

Perangkat yang dipake buat gambar apa saja?

Perangkat utama saya pensil dan kertas. Saya bawa buku sketsa kemana-mana dan finishing-nya memakai Photoshop. Saya punya Wacom Bamboo, tetapi lebih banyak memakai Microsoft Surface Pro 2 karena saya sering bekerja secara mobile.

Account social media yang bisa diikuti apa saja?

Twitter: https://twitter.com/kiha_ki
Facebook: https://www.facebook.com/Rianti.Hidayat.Wong/
Instagram: https://www.instagram.com/rianti.wong/
Tumblr: http://rianti-wong.tumblr.com/
Linkedin: https://www.linkedin.com/in/riantihidayat