[Review] Princess Principal

October 3, 2017 18:08
[Review] Princess Principal

Tema yang jauh dari kata konvensional dipadu dengan desain moe kekinian jaman now yang tampak dibuat agar menjual menjadi bumbu salah satu serial yang memulai debutnya dengan sangat baik seperti yang ditulis oleh Kaptain di 3 Eps Rule-nya beberapa minggu lalu. Namun sayang, kekhawatiran Kaptain di artikel yang sama harus menjadi kenyataan karena serial ini ditutup dengan sangat lemah. Mari membedah salah satu kuda hitam yang gagal keluar menjadi sosok memorable musim ini, Princess Principal.

Strong Beginning of the Series

Saya yang sekarang sangat pemilih menonton anime karena minimnya waktu belakangan ini terpincut oleh Princess Principal karena episode 1-2 yang sangat kuat, padat dan pintar. Patut dicatat saya tidak sekritis dan sepandai Kaptain pada waktu menikmati tontonan ini sehingga meskipun saya tidak ngerti banyak referensi dunia spionase yang disajikan di episode tersebut, saya berhasil tergiur oleh karakter dan tema yang dibawakan.

Sebagai hook dari sebuah serial, Princess Principal berhasil menjadi seri anime dengan permulaan paling kuat dan pantas bertengger di jajaran anime favorit pemirsa, setidaknya di beberapa minggu awal.

Great Garnish of a Dish

Bagaikan sebuah masakan, sampingan atau hiasan dari sajian bernama Princess Principal juga merupakan salah satu kekuatan utama disini, yang saya maksudkan berupa Visual dan Musik. Di poin pertama, Studio 3Hz berhasil membawakan atmosfer London bergaya Steampunk yang unik. Dan layaknya espionase dengan fokus di gadget super-nya, desain-desain yang ada juga dibuat dengan intrinsik dan detail. (OMG dem classic cars)

Soal musik, Yuki Kajiura tidak usah diragukan lagi. Meskipun sayang menurut saya belum sekuat karyanya di seri lain, BGM Princess Principal sukses menjadi pendamping keren bagi beberapa adegan memorable yang ada di sepanjang seri ini. Special Shoutout buat openingnya yang tidak kalah keren.

Great Characters Without Enough Development

Jangan salah sangka, meskipun saya puji setinggi langit visual dan musiknya, bukan berarti karakter yang ada itu jelek. Kebalikannya, semua mempunyai set karakterisasi yang baik sekali, unik dan likeable. Terutama Princess yang ada di luar trope karakter Tuan Putri Baik Hati Tidak Sombong Tapi Naif.

Sekali lagi sangat disayangkan, para karakter tersebut kurang punya screentime untuk bisa dieksplor lebih jauh, atau bahkan dibiarkan berkembang. Yang paling punya kesempatan cuma satu, Chise, itupun tampak perkembangan yang dianugrahkan kepadanya terasa hambar dan kurang relevan untuk bisa mendongkrak plotnya.

Various Problems on the Road

Kita masuk mengapa di beberapa paragraf atas saya akhiri dengan nada kekecewaan. Awal mula Princess Principal memang sangat brilian dalam menetapkan tema, worldbuilding, karakter, plot dan pastinya ekspektasi penonton. Sayang, masuk episode 5-6, tone tersebut berubah. Lebih banyak episode setelah itu lebih terasa seperti filler daripada membahas plot utama. Episode karakter Chise dan Dorothy yang menurut saya episode “filler” yang bagus juga gagal mengembalikan Principal ke arah yang “benar”.

Episode bikin bisnis laundry, buat apa? Episode duel, dibawa kemana? Beberapa episode eksposisi juga tampak terlalu panjang dan tanpa tujuan, sekedar memenuhi kuota episode. Singkat kata, kurang efektif. Apakah ini plot untuk menutupi kurangnya penyelesaian cerita dari penulis utama, atau karena kepanjangan dan eksekutif bertitah lain?

Main Antagonist or a Forgettable Plot Device?

Salah satu kekecewaan terbesar saya adalah sosok antagonis utama, Duke of Normandy yang seharusnya diplot sebagai Grand Evil Mastermind dan mempunyai beberapa trik rahasia untuk membuat twist menarik di seri ini, ternyata malah jadi sekedar angin lalu untuk berperan sebagai alasan “praktis” bagi beberapa minor episodic plot yang ada di sepanjang seri.

Saya masih berterima kasih karena kehadirannya di episode 2 sukses membuat episode 2 menjadi episode favorit saya. Tapi kedepannya kamu kemana pak?

Verdict: Another Wasted Potential/10

Sama seperti Kabaneri, lagi-lagi serial yang tampaknya digodok untuk jadi serial mainstream berkualitas di musim ini berubah menjadi kekecewaan. Meskipun saya tidak bisa bilang serial ini adalah complete failure, potensi yang ada bisa dengan mudahnya terbuang sia-sia. Ingatkan saya untuk menonton tanpa harap dan ekspektasi rendah jika ada karya tulisan penulis Princess Principal di musim-musim berikutnya.

Kaptain

Ya, memang secara keseluruhan Princess Principal tidak sebaik yang ditunjukkan dua episode awalnya dan di JOI Spotlight kemarin sendiri saya sudah mengatakan ending-nya itu lemah dan jujur saja tidak menyelesaikan masalah jangka panjang apapun. Hanya memperkenalkan masalah baru yang tidak jelas apakah akan ditanggulangi berhubung season keduanya tidak jelas akan ada atau tidak.

Namun itu bukan berarti saya menganggap anime ini gagal, hanya tidak mampu saja menerima harapan yang awalnya sangat tinggi. Pada akhirnya saya menganggap anime ini masih layak untuk ditonton karena beberapa episode yang ceritanya bersifat episodik cukup bagus sebagai cerita yang sifatnya self-contained. Beatrice yang awalnya menyebalkan dan hanya ada buat lawak saja ujung-ujungnya juga menjadi anggota tim yang sangat berguna.

The secret MVP of the series

Tidak seperti karya-karya Okouichi sebelumnya, saya masih menyukai para karakter dan setting-nya which is an achievement itself. Singkatnya saya masih punya minat untuk melanjutkan menonton seri ini kedepannya dan tetap merekomendasikannya.

bukan_randy

Ekspetasi saya bisa dibilang kebalikan dari Nugrahadi. Mengingat penulisnya adalah Kotaro Okouchi, mindset saya ketika menonton PriPri adalah “let’s just enjoy it before it went to hell“. Menariknya, menurut saya PriPri tidak sampai masuk ke jurang di mana ceritanya hancur berantakan dan namanya rusak. Ya, memang setelah episode awal ceritanya kebanyakan berkesan filler saja (or say, spy slice of life?), tapi saya tetap menikmatinya karena karakter-karakternya dibawakan dengan bagus yang ajaibnya bisa saya sukai kelima karakter utamanya dengan imbang.

Saya sendiri juga sempat mengira kalau anime-nya akan tayang sepanjang 2 cour karena melihat jumlah case yang ditayangkan sampai 20-an, sehingga saya cukup kaget begitu eps 11 menampilkan konflik yang berkesan final. In the end, I still like PriPri, a lot. Harapan saya (yang saya sendiri ragukan) kalau seri ini akan menjadi magnum opus Okouchi bisa saya bilang menjadi kenyataan, meski kalau berbicara secara kepopuleran sepertinya tidak mencapai seri-seri buatannya sebelumnya. Saya benar-benar berharap season keduanya bisa dibuat because I’m heavily invested with the characters.

Setelah melihat-lihat beberapa poster PriPri, saya lebih sering melihat gambar yang temanya sangat yuribait. Saya merasa lega di acaranya sendiri lebih subtle dan tidak main hajar fanservice
Seri ini juga memiliki musik-musik Kajiura Yuki yang paling saya sukai setelah cukup lama. Rasanya seperti mendengar Kajiura di dekade lalu. That’s a big plus for me.