Siswi SMA Osaka Menuntut Sekolahnya Karena Dipaksa Mewarnai Rambutnya

October 31, 2017 16:54
Siswi SMA Osaka Menuntut Sekolahnya Karena Dipaksa Mewarnai Rambutnya

Pada 27 Oktober 2017 kemarin, pengadilan distrik Osaka memulai proses pengadilan dari tuntutan siswi SMA berusia 18 tahun kepada prefektur Osaka. Tuntutan diberikan karena dirinya dipaksa untuk mewarnai rambut coklatnya menjadi hitam karena tidak memenuhi aturan seragam.

Hal ini terjadi sejak dia duduk di bangku SMP, dimana hal ini memberikannya banyak tekanan mental. Saat ibunya mendiskusikan hal ini dengan SMA Kaifukan di Kota Habikino, ibunya menanyakan apakah warna rambut putrinya bisa didaftarkan sebagai bukti keaslian dan sekolah menjawab bahwa hal tersebut tidak dibutuhkan, hal ini dianggap ibunya sebagai tanda bahwa warna rambut putrinya tidak menjadi masalah dan mendaftarkan putrinya.

Hanya saja saat mulai sekolah siswi tersebut terus diberi peringatan tiap minggunya dari staf pengajar untuk menghitamkan rambutnya karena “menyalahi aturan”. Walaupun aturan sekolahnya adalah “dilarang mewarnai rambut”. Pada saat dia duduk di semester dua kelas dua peringatan diberikan tiap empat hari, dan siswi tersebut juga dilarang mengikuti acara sekolah. Siswi mengaku rambutnya yang diwarnai berkali-kali itu merusak kulit kepalanya. Salah satu kasus terparah adalah saat staf pengajar menuduh dirinya yang keras kepala mewarnai rambutnya ke warna coklat itu karena memiliki ibu tunggal. Stres yang dihasilkan tuduhan ini membuat siswi tersebut dilarikan ke rumah sakit.

Pada September 2016 ultimatum diberikan, siswi harus mewarnai rambutnya ke warna hitam atau dikeluarkan dari sekolah. Siswi tersebut tidak kembali lagi ke sekolah dan dirinya resmi dikeluarkan dari sekolah pada bulan April 2017.

Atas kerugian dari bullying institusi sekolah akibat warna rambutnya ini, tuntutan sebesar 2,2 juta Yen (sekitar 257 juta Rupiah) dilayangkan ke prefektur Osaka. SMA dan SMP Jepang memang terkenal memiliki aturan seragam yang tegas, namun penerapan aturan tersebut bisa saja terlalu berlebihan seperti pada kasus ini. Sebenarnya Jepang juga sudah menerapkan Registrasi Nasional untuk Warna Rambut, namun karena sifatnya yang tidak wajib diterapkan tidak semua sekolah menerimanya.

Melihat berita ini tertera di banyak headline, mantan idol AKB48 Sayaka Akimoto juga angkat bicara tentang pengalaman pribadinya dari diskriminasi semacam ini.


“Saat SMA dulu saya selalu dituduh mewarnai rambut, walaupun saya tidak melakukannya. Karena saya tidak tahan lagi saya mewarnai rambut ke warna hitam. Ayah saya langsung protes “Warna rambutmu kenapa!?” dan mendatangi langsung sekolah untuk mengatakan “Putriku rambutnya memang merah!”. Saat situ saya sadar aturan itu pentingm namun ada lebih banyak hal lain yang lebih penting juga.”

Banyak yang merepon Tweet tersebut dengan pengalaman pribadi mereka, mulai dari yang negatif seperi kasus ini dan positif berkat staf pengajar yang lebih pengertian. Banyak juga yang merasa betapa absurdnya kasus ini itu menandakan kekurangan di sistem edukasi Jepang, bukan Osaka saja; dimana pelanggaran hak asasi seperti ini dibiarkan terjadi.

Berhubung kasus ini baru dibuka pada 27 Oktober kemarin, nampaknya penyelesaian kasus ini tidak akan selesai dalam waktu dekat. Penasihat hukum sekolah masih belum mempublikasikan respon untuk kasus ini, namun mereka berencana untuk meminta kasus ini dibatalkan dari pengadilan karena pengacara sekolah berkata bahwa “Murid asing berambut pirang sekalipun harus mewarnai rambutnya ke warna hitam” agar sekali lagi, memenuhi aturan seragam “dilarang mewarnai rambut”.

Sumber: Soranews (1,2)

Sorry. No data so far.