[JOI Weekend] Perilaku Alay yang Meresahkan

March 18, 2018 14:15
[JOI Weekend] Perilaku Alay yang Meresahkan

Menurut video Deddy Corbuzier yang berjudul “ARTIS ALAY KENAPE MAKIN BANYAK SIH!!!!!”, artis-artis alay di Indonesia sekarang ini semakin banyak. Saya rasa pendapat yang diutarakan oleh Deddy juga berlaku untuk komunitas pecinta Jejepangan kita di Indonesia.

Tak bisa dipungkiri sekarang ini mulai muncul sedikit rasa resah dengan banyaknya perilaku “alay” atau kalau kita sebut dengan kosakata lama, “kampungan”, di setiap acara Jejepangan, atau bahkan di dunia maya.

Ada Dorongan

Penyebab perilaku alay ini memang sangat banyak, tapi salah satu yang cukup mempopulerkannya adalah penggemar Jejepangan yang bisa dibilang mulai menjadi “artis Facebook”. Pengaruh mereka memang tidak sebesar artis-artis alay yang ada di televisi atau di YouTube, tetapi kadang perilaku mereka yang bisa dibilang cukup bodoh dan menghibur itu menjadi viral.

Memang tidak ada dorongan dari sang “artis” untuk melakukan hal tidak benar, tapi perilaku bodoh itu menjadi contoh dan dorongan untuk membenarkan orang lain untuk ikut melakukan hal bodoh, ditambah dengan budaya kita yang kurang suka melihat situasi dan kondisi, yang akhirnya hal bodoh itu jadi dilakukan di muka umum dan meresahkan orang lain.

Contoh yang baru saja terjadi belakangan ini adalah kasus rok cosplayer perempuan yang disibak karena dia cosplay sebagai Astolfo, karakter trap dari serial game Fate/Grand Order, di acara Comifuro X. Lalu ada kasus perempuan dimasukkan ke dalam karung dan diangkat-angkat sampai akhirnya jatuh.

Ketika ditanya, biasanya mereka akan bilang, “cuma have fun masa gak boleh?” dan mungkin berbagai alasan lainnya, tapi yang saya sering dengar dan lihat adalah “have fun”. Dengan alasan “have fun”, para alay ini bertingkah di tempat umum yang cukup atau bahkan sangat mengganggu orang lain.

Alasan “have fun” bisa saya bilang sebagai alasan pengecut, sama seperti setelah mem-bully orang lalu ketika diminta tanggung jawab karena si korban terkena sesuatu karena bully-annya, hanya bilang “just a prank bro” atau “becanda doang kok.”

Sebenarnya kalian tahu itu salah dan tidak pantas, tapi kenapa tetap dilakukan?

Sebagai manusia fungsional, kita juga harus bisa memisahkan mana yang baik dan yang tidak baik. Walaupun misalnya seorang seleb ini memiliki konten yang lucu dan menarik, ada baiknya untuk tidak semua perbuatan ditiru. Ambil positifnya dan hilangkan negatifnya, kecuali aspirasi kamu juga jadi artis alay.

Manusia diberi akal sehat buat mikir sendiri, bukan buat jadi sheep.

Alasan have fun yang digunakan bukan pada saat yang tepat hanyalah lari dari tanggung jawab.

Kalau ke teman yang sudah kenal dan seizin dia sih tidak apa-apa, tapi kalau sampai ke orang yang kurang dekat atau bahkan tidak kenal, sepertinya sudah tidak etis.

Perilaku alay sebenarnya bukan hanya itu saja, karena masih banyak hal-hal kecil yang bisa dimasukkan sebagai perilaku alay, tapi saya akan sebutkan yang biasanya paling mencolok:

  • Berbicara atau tertawa sangat kencang sampai terdengar jelas belasan atau puluhan meter.
  • Ketika ada lagu yang disukai diputar di panggung, langsung teriak-teriak sambil lompat-lompat lalu lari ke dekat panggung seperti tidak pernah mendengar lagunya sama sekali, lupa kalau di sekitarnya ada orang lain yang bisa saja kaget ketika dia teriak.

Sebenarnya sah-sah saja kita bersenang-senang ketika kita berkumpul dengan teman-teman atau pergi ke acara Jejepangan. Namun harus diingat, acara seperti itu pun masih bisa dibilang ruang publik karena ada berbagai macam orang yang datang.

Penggemar Jejepangan bukan berarti harus norak menjadi alay.

Header Photo oleh Ethan Sykes di Unsplash