[Waifu Wednesday] Rizu Ogata

Selamat hari Rabu dan juga Selamat Hari Natal bagi yang merayakannya! Kembali lagi dalam rubrik Waifu Wednesday yang akan melanjutkan salah satu heroine dari serial Bokutachi wa Benkyou ga Dekinai. Karena sensei sudah dipesan sejak lama, kali ini saya akan membahas heroine lain yang tak kalah besar kemampuannya. Ini dia, Rizu Ogata.

Rizu adalah anak dari pemilik restoran udon yang mulai mengenal Nariyuki sejak masa SMA. Ia memiliki rambut pendek dan matanya berwarna biru. Ia juga satu-satunya karakter yang secara reguler menggunakan kacamata. Penglihatannya sangat buruk saat ia tak memakai kacamatanya. Rizu juga memiliki tubuh yang langsing dengan tinggi badan hanya 143 cm.

Kalau dilihat, tentu saja Rizu punya kelebihan lainnya secara fisik. Meskipun badannya cukup pendek, namun ia dikaruniai dada berukuran F cup. Terbesar diantara seluruh heroine dalam serial buatan Taishi Tsutsui ini. Selain menggunakan seragam sekolah, ia juga tampil dalam kimono dan celemek saat bekerja membantu ayahnya di restoran. Rizu sendiri juga sudah mengenal Fumino sebelum bertemu dengan Nariyuki, namun si mungil ini dengan beruntungnya telah mengambil keperawanan bibir Nariyuki secara insidental.

Lalu, bagaimana Rizu cocok jadi waifu kalian?

+ Tensai

Seperti heroine lainnya yang memiliki keunggulan di salah satu atau dua bidang, Rizu memiliki keunggulan dalam bidang matematika dan sains. Kemampuannya ini sudah  muncul saat ia masih kecil. Seiring bertumbuhnya Rizu (sayang badannya gak ngikut tumbuh ke atas), ia dikenal sebagai siswi serius yang minim dalam menunjukan emosinya.  Dengan tingkat keingintahuan yang tinggi, Rizu tentunya ingin mempelajari berbagai hal dari mudah hingga sulit.

+ Biggest One for Bigger Future

Baiklah kita liat dari sisi ekonominya. Ia memiliki restoran keluarga yang telah berjalan cukup lama. Jika suatu saat sang ayah sudah tak kuat mengaduk adonan udonnya, sudah saatnya Rizu dan juga suaminya nanti untuk melanjutkan bisnis ini. Peluang sukses memang tak semudah yang dikira, namun bisnis ini dapat dianggap menjadi bisnis berpotensi besar untuk dilanjutkan turun temurun. Kalo gini saya malah penasaran sama ibunya Rizu kayak gimana.

Yang besar apalagi ya? Hmm, oiya kesabaran dan konsistensinya. Kayaknya semua heroine di serial ini memang punya atribut ini demi ngejar pilihan yang mereka inginkan. Tak terkecuali bagi Rizu. Kita tadi sudah membahas bagaimana ia memiliki keingintahuan yang tinggi bukan? Nah ia sendiri merasa kesulitan dalam mengerti emosi dari individu lainnya. Hal ini juga lah yang membuatnya banting setir menuju psikologi, daripada meneruskan kemampuannya di bidang saintek.

Terakhir, sudah tahu kan saya mau bilang apa disini? Baiklah lebih baik dibahas dalam kepala kalian masing-masing saja. Namun saya mau menambahkan bahwa ukurannya kini bisa mencapai G cup. Terima kasih. Kalo Fumino ini poin berubah jadi smallest one for bigger future mungkin.

+ Small Waifu

Nah, saya suka dengan stature-nya yang pendek akibat pertumbuhannya terhambat saat masih SD. Karena ini ia dijuluki “Clockwork Thumbelina”, dengan nama terakhir diambil dari nama gadis kecil dari serial buatan Hans Christian Andersen. Meskipun begitu, saya lebih senang memanggilnya tupai karena perawakannya yang mirip dengan hewan pemakan kacang-kacangan itu. Lalu menurut kalian, ia cocok dipanggil apa? Curut?  Draph?

Tak hanya itu, waifu berukuran lebih pendek ini juga cukup enak untuk digendong dari depan maupun belakang. Lebih ringan dan lebih ….apalagi?

+ Sekijou Sawako

Ini poin penting bagi saya secara subjektif. Mengapa? Saya udah kepincut dengan Sawako sendiri saat pertama kali muncul di musim pertamanya. Namun dipertengahan serial hingga akhir musim pertamanya, ia menghilang entah kemana. Namun di musim keduanya ia makin sering muncul dengan Rizu, dan malah menjadi wing(wo)man bagi Nariyuki. Sebentar, kok poin plus? Sebagai penikmat yuri, saya sungguh berterima kasih kepada Taishi Tsutsui untuk menurunkan karakter ini. Yuri moment sering sekali terpicu saat keduanya bersama-sama.

– Least Approachable

Kita bakal ngulik dikit lagi soal alasan kenapa Rizu ingin mengambil psikologi. Dimulai dengan segala metode yang segalanya harus saintifik, hingga ia menyadari bahwa ada objek yang sulit untuk dipahami secara psikis. Benar sekali, manusia itu sendiri. Rizu kesulitan untuk mengerti emosi dari manusia, karena ia lebih menggunakan metode saintifik saat ingin mengerti maksud dari manusia. Namun cara ini pastinya akan gagal karena manusia itu makhluk sosial yang rumit untuk dimengerti, bahkan oleh sesama manusianya.

Hal ini membuat Rizu kesulitan juga dalam berteman dekat dengan kawannya di sekolah. Tak hanya yang lawan jenis, sesama jenis pun kesulitan seperti Sekijou Sawako. Hingga tak mengherankan sering terjadi salah paham diantara Rizu dan lawan bicaranya.

– Bad Player

Rizu sangat menyukai permainan papan dan kartu sejak kecil, hingga ia dihadiahi oleh neneknya yang sudah tiada sebuah kado permainan semacam ini. Meskipun begitu, ia memiliki rekor buruk dalam bermain permainan ini dan hampir mengacaukan acara di maid cafe tempat bekerja Asumi, High Stage.

Baiklah, itu saja Waifu Wednesday edisi sang tupai. Mungkin aja bisa ditambahkan dengan beberapa poin, namun tampaknya ini saja yang cukup menonjol bagi saya. Menurut kalian, poin positif atau negatif mana lagi yang mungkin bisa ditambahkan?

Jangan lupa juga untuk membaca Waifu Wednesday lainnya disini!