[Exclusive Interview] Kenshi Yonezu

August 22, 2020 12:56
[Exclusive Interview] Kenshi Yonezu

Setelah dua tahun sembilan bulan, Kenshi Yonezu akhirnya menyelesaikan album kelimanya “STRAY SHEEP”. Album ini menghadirkan lagu “Lemon” yang membuat ia dikenal oleh semua orang di Jepang. “Uma to Shika” yang menjadi lagu penyemangat untuk Piala Dunia Rugby, dan dua self-cover lagu ciptaan dia sendiri yaitu “Paprika” dan “Machigai Sagashi”. Kedua lagu tersebut awalnya dinyanyikan oleh Foorin dan Masaki Suda.

Album ini dibuat ketika pandemi COVID-19 tengah berlangsung yang membuat konser tur “Kenshi Yonezu 2020 TOUR/HYPE” terpaksa ditunda dari yang seharusnya bisa berjalan awal tahun ini. Apa yang ada di pikiran Kenshi ketika menyelesaikan album ini? Dan bagaimana semuanya berubah setelah Kenshi merilis lagu “Lemon” yang fenomenal dan menjadi lagu paling popular darinya? Tomonori Shiba dari Natalie Music membahas semuanya bersama Kenshi.

Pada akhirnya hasil jadinya berbeda dari rencana awal 

Album ini luar biasa. Setelah merilis album sebelumnya “BOOTLEG” pada November 2017, beberapa single – yang pertama adalah “Lemon” dirilis. Jadi, meski ada delapan lagu baru, bahkan sebelum saya mendengarkannya saya mendapat kesan bahwa ini seperti album berisi lagu greatest hits. Tetapi, setelah mendengarkannya ada kesan kuat bahwa lagu di album ini secara keseluruhan sangat berkaitan satu sama lain dan membuat sebuah cerita. Pertama-tama, ceritakan kepada kami apa yang kamu rasakan ketika albumnya selesai dibuat?

Saya biasanya merasakan hal yang sama ketika saya selesai, yaitu “Saya ingin tahu, apakah ini benar-benar oke?” Banyak yang telah terjadi selama 3 bulan terakhir. Tidak hanya tur saya tetapi hal-hal yang ingin saya lakukan dan proyek yang sudah direncanakan semuanya berubah karena konser dan syuting dihentikan. Saya mulai berpikir, “apa yang harus saya buat?” dan mengunci diri di rumah sendiri untuk membuat lagu. Akibatnya, hasilnya jadinya berbeda dari rencana awal.

Seperti apa album yang awalnya direncanakan?

Pada awalnya judulnya tidak seharusnya “STRAY SHEEP” (dalam Bahasa Indonesia artinya adalah domba tersesat -red) melainkan sesuatu yang lebih positif. Anda menyebutkan bahwa album ini adalah album berisi kumpulan lagu hits, tapi awalnya album ini menceritakan cerita saya sepanjang dua setengah tahun kemarin dimulai dari “Lemon”. Tetapi ide itu hancur dalam sekejap. Ini berbeda dari ide awal saya tetapi dengan keadaan sekarang saya harus memikirkan apa yang harus saya buat dalam waktu singkat. Itulah mengapa ketika sudah selesai saya dengan tegas bertanya “Apakah ini benar-benar-benar yang terbaik?”.

Bisa dijelaskan lebih detail rencana awal yang ada di dalam pikiran Anda sebelum semuanya berubah akibat dari pandemi COVID-19 ini?

Untuk saya, lagu “Lemon” mencapai lebih jauh dari apa yang pernah saya harapkan dan sekarang lagu itu di luar kendali saya. Namun, itu adalah tujuan yang ingin saya kejar seumur hidup. Saya bertujuan untuk membuat musik pop, jadi itu sebenarnya adalah salah satu tujuan saya. “Lemon” membuat saya menyadari “musik pop itu seperti ini”. Jadi, selanjutnya apa? Saya tahu saya perlu memikirkan itu sebagai fondasi saya berikutnya. Karena menjadi sangat besar, perlu dipikirkan ke mana harus pergi dari sana – yang membuat saya membuat “Flamingo” dan “Spirits of the Sea”. Itulah awal dari bab ke-2 Kenshi Yonezu. Saya hanya berencana untuk membuat lagu dari awal untuk menggambarkan 3 tahun terakhir.

Pandangan Kenshi atas Pandemi Virus COVID-19

Setelah melakukan delapan konser, Anda harus menunda gelaran tur nasional “Kenshi Yonezu 2020 TOUR/HYPE” dari Februari sampai April. Apakah tur ini mempunyai hubungan dengan konsep album ini? Lalu apa arti dari “HYPE”?

Tadinya saya akan membuat lagu berjudul “HYPE” yang seharusnya dimasukkan ke dalam album ini. Itu belum menjadi ide yang pasti, tetapi tepat pada saat saya membuat melodi saya harus memutuskan judul tur. Itu adalah situasi yang sama untuk tur tahun lalu berjudul “Sekitsui ga opparu ni naru koro”. Ada sebuah lagu yang diawali dengan lirik “saat tulang punggung menjadi opal” dan saya sedang mencari tahu kapan harus membawakannya selama konser. Saya katakan tur tersebut adalah bagian dari proses pembuatan album ini.

Apakah lagu yang harusnya berjudul “HYPE” ini masuk ke dalam album?

Tidak masuk. Ketika saya melihat album ini secara kesuluruhan hasil jadinya malah berbeda dari apa yang pertama kali ada di pikiran saya. Virus COVID-19 ini mempunyai dampak yang hebat. Saya seharusnya membuat album bersamaan dengan tur tetapi rencana itu hilang. Sungguh mengecewakan bagi saya bahwa tur dibatalkan dan menyakitkan rasanya membuat orang yang menunggu tur kecewa. Tapi, jika saya memaksakan diri untuk melihat sisi positifnya, saya rasa itu bagus karena saya bisa fokus membuat album ini. Saya merasa bahwa bisa menyelesaikan album di tengah kekacauan seperti ini sangatlah berharga dengan caranya sendiri.

Masyarakat telah banyak berubah dengan tur dibatalkan, penyebaran Virus COVID-19 yang dinyatakan sebagai keadaan darurat nasional. Apa yang ada dalam pikiran Anda dalam situasi ini?

Pertama-tama, saya pikir musisi itu “tidak penting”. Saya sudah cukup sering mendengar istilah “tidak penting” ini. Saat untuk memilih standar minimal untuk bertahan hidup di tengah pandemi ini, musik adalah salah satu hal pertama yang “tidak diinginkan” dan begitu banyak tempat bermain musik yang bahkan belum beroperasi. Sebagian dari diri saya memahami hal itu, tetapi ketika saya benar-benar menyaksikan kata-kata ini, saya berpikir berarti hidup saya tidak penting. Saya tidak bisa hidup tanpa itu. Meski musik tentu saja bertanggung jawab menambah keragaman budaya tetapi kehadirannya sangat rentan apalagi ketika aktivitas yang mendukung perkembangannya terhenti. Itu sebabnya saya juga berpikir bahwa saya seharusnya tidak menyerahkan semua penilaian dan standar nilai saya kepada orang-orang. Ada banyak orang di dunia yang diperlakukan tidak adil dan kita tidak perlu ikut-ikutan seperti itu. Setiap orang memiliki kehidupannya sendiri dan penting untuk melindungi hal itu. Tentu saja, kita perlu mempertimbangkan opini publik dan beberapa faktor lainnya, tetapi apa pun yang dikatakan orang lain, hanya Anda yang tahu apa yang Anda butuhkan. Siapa tahu – bahkan mungkin ada orang yang benar-benar mati tanpa musik. Apakah kita hidup dengan batas minimal masih bisa disebut sebagai manusia? Berapa banyak manusia yang akan bertahan dengan kehidupan minimal dan seadanya? Itu yang muncul di benak saya.

Mau itu 1000 tahun yang lalu atau 1000 tahun nanti. Apa yang dirasakan manusia sama saja

Di dalam album “STRAY SHEEP” ada lagu “Mayoeru Hitsuji” (domba tersesat -red). Apakah lagu ini dibuat pas tur batal?

Betul. Meskipun ini lagu iklan untuk “CalorieMate” (nama makanan penambah energi di Jepang – red), lagu ini dibuat ketika tur dibatalkan dan kita tidak diperbolehkan kemana-mana.

Lagu ini mempunyai nuansa yang gelap dan meresahkan. Sebenarnya lagu ini tentang apa?

Lagu ini dibuat setelah “Spirits of The Sea” yang diaransemen bersama Yuta Bandoh. Saya ingat ketika mengaransemen lagunya kami ngobrol seperti, “Ini iklannya kan ada tema science fictionnya ya udah kita bikin lagu yang seperti science fiction aja” atau “seperti ‘A Space Odyssey”, mari kita akhiri lagunya dengan kehadiran ‘Starchild’. Tetapi dalam waktu bersamaan, saya merenungkan apa yang saya bisa buat apalagi di tengah kebingungan atas pandemi ini di seluruh dunia dan tidak tahu yang mana yang benar untuk dilakukan. Saya mencoba untuk tetap objektif dalam berpendapat lewat lagu tetapi ada kalanya saya merasa emosional dengan apa yang saya lihat.

Jadi ada sudut pandang lain dari lagu ini?

Ketika saya berpikir bagaimana saya akan terus hidup di negara ini mulai sekarang, saya menyadari bahwa ada banyak hal yang membuat saya marah, kecewa, dan putus asa. Tetapi pada akhirnya pilihan saya ya hidup di negara ini – di dunia ini yang mengarah pada kesimpulan yang bisa saya lakukan hanyalah membuat lagu pop. Pada akhirnya, kami perlu menegaskan bahwa kami ada dan perlu hidup. Sangat mudah untuk pesimis dan membiarkan kreativitas mengalir dengan amarah dan kesedihan, tetapi saya merasa itu bukan peran saya. Jadi saya berpikir tentang masa depan yang jauh di mana orang-orang menjalani kehidupan yang sehat dan mengenang tentang “apa yang terjadi pada masa-masa itu”. Saya mungkin telah membayangkan adegan tersebut ketika membuat lagu ini.

Pada lagu ini ada lirik berbunyi “Di masa depan seribu tahun dari sekarang/kita tidak akan hidup/Sahabatku tidak peduli hari apapun aku mencintaimu”

Waktu diberikan proposal untuk iklan Caloriemate, ada slogan yang saya suka. “Dunia berubah dengan sangat cepat tapi kebutuhan manusia tidak berubah banyak”. Amarah, kesedihan, dan kegembiraan yang dirasakan manusia seribu tahun lalu mungkin tidak berubah dengan apa yang kita rasakan sekarang. Contohnya, pada saat membaca catatan pekerja pembuat Piramida dikatakan “membawa batu sambil mabuk itu berat”. Detailnya mungkin berbeda tapi kebodohan akan hal ini menunjukkan bahwa perasaan manusia tidak berubah. Jika kita bisa menjelajahi waktu dan ke seribu tahun kemudian dan berbicara kepada orang yang hidup disana kami akan menjadi teman meskipun ada perbedaan budaya. Jadi, apa yang kita lakukan sekarang untuk teman di masa depan itu adalah hal yang saya pikirkan ketika membuat album ini. Hal itu mungkin tidak terpikirkan ketika saya masih muda.

Apakah pemikiran anda berubah seiring bertambah tua?

Semakin saya tua semakin saya menyadari bahwa saya berada di posisi untuk menghubungkan banyak hal. Dalam waktu yang lama, saya mengekspresikan diri lewat musik untuk pembuktian diri. Meskipun hal itu tidak berubah tetapi posisinya sudah berubah. Saya sekarang berumur 29 dan akan berumur 30 tahun depan dan saya terus memikirkan seperti apa negara dan dunia ini ketika generasi berikutnya telah lahir. Saya semakin tertarik dengan dunia sehabis ini dan setelah saya meninggal. Kedua hal ini mungkin direfleksikan di dalam lagu ini.

Kenshi Yonezu berbicara soal “Kanden”

“Kanden” adalah lagu tema untuk drama “MIU404”. Bagaimana lagu ini terbentuk?

Saya membaca naskah untuk episode satu dan dua jadinya saya bisa mengaitkan banyak hal dari sana untuk membuat lagunya. Pada awalnya saya ingin membuat judul lagunya, “Inu no Omawari san” (anjing petugas polisi). Saya berpikir saya bisa memakai judul itu tapi ternyata sudah ada lagu berjudul sama. Setelah saya sempat ragu untuk memilih nama akhirnya muncul “Kanden” sebagai judul lagu ini.

Saya pikir, bunyi gonggongan anjing di bagian pertama dan bunyi ngeongan kucing di bagian kedua hanya untuk menambah rasa lagu tetapi saya tahu ini jadi bagian penting dalam lagu ini.

Yap, “Komachatta wan wan wan” (guk guk guk yang bermasalah) dan “Mayoikonda nyan nyan nyan” (meong meong meong yang tersesat) adalah bagian pertama yang dibuat.

Bagaimana mendapatkan ide menggunakan terompet untuk membuat lagunya menjadi bernada funk?

‘MIU404’ bercerita tentang unit investigasi polisi, saya pribadi membayangkannya seperti serial drama polisi di era Showa seperti “Taiyo ni Hoero!” dimana saya membayangkan bagian terompetnya kencang sekali. Ketika melihat kembali, saya tidak pernah membuat lagu dimana bunyi terompetnya menonjol jadi bisa membawakannya dengan gaya sendiri membuat saya merasa bisa mencapai tempat baru. “Kanden” jelas merupakan lagu yang terbantu oleh drama ini.

Lagu “Lemon” untuk serial “Unnatural” dan “Uma to Shika” untuk serial “No Side Game” adalah lagu yang Anda buat spesifik untuk lagu tema drama, saya merasa bahwa lagu ini cocok ketika dimainkan menjadi pengiring dramanya. Apakah hal ini sama dengan “Kanden” apalagi liriknya banyak menyangkut dengan serial drama utamanya?

Saya selalu ingin menjadi mangaka, jadi ketimbang saya menjelaskan sesuatu melalui musik saya memilih untuk membuat musik yang menggambarkan alur sebuah cerita. Pada dasarnya, membuat lagu tema untuk cerita sesuai dengan kualitas saya. Saya tidak otomatis mencoba menyesuaikan dengan dramanya. Sebagai gantinya, saya mengambil seluruh nuansa dan alur ceritanya dari naskah. Dari sana, saya menciptakan apa yang muncul di benak saya yang akhirnya sesuai untuk cerita.

“Saya lebih suka menjadi bulan yang menyinari di malam hari bukan seperti matahari”

Ceritakan soal video klip untuk “Kanden”. Apa yang kamu pikirkan ketika videonya selesai?

Luar biasa (tertawa). Saya ingin merekam sesuatu dengan sentuhan lucu tetapi tidak berlebihan – alami dengan sedikit tawa. Itu sebabnya kami bertanya kepada sang sutradara Yoshikyuki Okuyama. Dari pertemuan pertama dengannya, kami benar-benar cocok. Kami seumuran, hal-hal yang kami tonton juga sama dan percakapan kami seperti, “Oh ya, saya sangat paham” dan meskipun ini adalah pertemuan pertama, Okuyama-san mengungkapkan kata -kata yang penting dan saat itulah saya tahu ini akan menjadi sesuatu yang hebat.

Kata penting seperti apa?

Gambarannya tentang saya. Dia bilang, “kamu seperti bola disko yang memantulkan cahaya dunia ke berbagai arah” dan itu sangat menghibur saya. Saya sering berpikir tentang manusia atau musisi seperti apa saya, jadi kata-kata ini tepat. Cara saya membuat sesuatu adalah daripada bersemangat untuk memulai suatu hal, saya menyerap semua orang, hal-hal dan situasi yang terjadi di sekitar saya, merenungkannya, dan kemudian menciptakannya kembali dengan cara saya sendiri. Kata-kata, “memantulkan cahaya dunia” begitu meyakinkan. Kata-kata itu menjadi panduan besar untuk album ini, membuat saya ingin membuat permata, kristal yang tercermin pada gambar sampul album.

Bisa dijelaskan seperti apa kristal atau permata ini

Saya selalu berpikir permata adalah motif yang bagus. Sebuah permata secara kebetulan lahir menjadi batu yang ditemukan oleh tangan manusia, kemudian dipoles, dipotong, dan diubah menjadi bentuk yang indah. Itu pada dasarnya menyakiti batu mentah, tetapi jika itu adalah persiapan untuk suatu keindahan maka penting untuk sakit terlebih dahulu. Manusia juga begitu, kita terlahir seperti lingkaran dan dari latar belakang keluarga, hubungan dengan teman dan banyak hal lainnya yang berujung menyakiti kita. Bentuk lingkaran berubah dengan cara dikikis, dipoles, dan disakiti, memberikan bentuk bergerigi, yang kemudian berubah menjadi permata yang memantulkan cahaya. Setidaknya itulah yang saya pikirkan. Nama Kenshi Yonezu telah menjadi nama yang cukup besar, tetapi itu terjadi secara kebetulan. Musik saya dimulai sebagai sebuah lingkaran dan cukup dipoles untuk menjadi sebuah bentuk lagu pop yang bisa menjangkau seluruh dunia, itulah mengapa saya sekarang ada.

Saya mengerti. Dengan disakiti, hasilnya akan menjadi permata yang indah dan mampu memantulkan cahaya yang bersinar. Anda menyadari, itulah identitas Anda. Saya berasumsi bahwa itu adalah poros utama dari album ini.

Itu benar. Tidak seperti matahari yang memancarkan cahaya dari dalam, saya seperti bulan yang dapat memantulkan cahaya dari luar. Alih-alih matahari yang bersinar cerah di siang hari, saya cocok dengan malam yang tenang dengan cahaya bulan yang bersinar. Dengan semua elemen ini di dalam pikiran saya, saya sangat setuju.

Untuk orang-orang yang belum mendengarkan albumnya

Lagu pertama “Campanella” mempunyai lirik “Kristal yang menangkap cahaya dan memantul kembali/rasa sakit yang kamu rasakan itu akan menambah cahaya. Apakah Anda memikirkan hal-hal yang baru saja Anda jelaskan, saat membuat lagu ini?

“Campanella” adalah lagu terakhir yang saya buat, itu yang paling dekat dengan emosi saya saat ini. Lirik dari bagian bridge lagu ini dekat dengan apa yang baru saja saya jelaskan. Saya ingin itu untuk merangkum tema album.

“Campanella” adalah bagian penting dalam album ini, dan menurutku ini adalah lagu yang ada simbolnya. Bagaimana Anda membuat lagu ini?

Lagu ke-15 “Canary” adalah lagu yang sangat sulit untuk dibuat dan akhirnya setelah banyak pemikiran, saya menyelesaikannya. Tetapi saya masih merasa ada sesuatu yang hilang dan akhirnya, “Saya tahu apa yang hilang” dan menciptakan “Campanella”.

Maksudnya yang hilang ini seperti apa?

Sampai akhir pembuatan albim ini, saya tidak sadar bahwa sudah tiga tahun berlalu setelah album sebelumnya dirilis. Tiga tahun itu waktu yang lama. Anak SMP jadi anak SMA, anak SMA jadi anak kuliah atau sudah bekerja. Saya berpikir berapa banyak orang yang sudah saya lihat melewati saya selama tiga tahun. Bukan hanya melewati saja, tetapi berapa banyak orang yang menyukai musik saya sudah meninggal. Saya tidak tahu orang-orang ini dan saya tidak yakin apakah orang-orang ini ada, tapi kemungkinan ada orang yang meninggal sebelum mendengar album ini. Seperti orang itu meninggal sebelum membaca volume terakhir HUNTER x HUNTER atau meninggal sebelum mengetahui tamatnya ONE PIECE seperti apa. Ketika itu terjadi, saya seperti menghukum diri saya sendiri dan saya bertanya-tanya, “Apa yang telah saya lakukan selama ini?” Jadi, dengan membuat lagu “Campanella”, orang-orang yang meninggal dalam 3 tahun terakhir – bahkan jika mereka adalah orang asing atau anak-anak yang mengenal saya, tetapi saya tidak mengenal mereka – dengan lagu ini, keberadaan mereka menjadi ada. Ini mungkin bukan kata yang tepat untuk diucapkan, tapi ini seperti batu nisan. Tanggung jawab saya adalah membuat lagu ini sebagai pelajaran yang harus ditinggalkan.

“Campanella” kemungkinan diambil dari karakter dalam novel legendaris “Ginga Tetsudou no Yoru” kan? Makanya lagu ini menceritakan tentang hubungan antara orang yang ditinggalkan dan orang yang telah pergi sangat jauh seperti Giovanni dan Campanella.

Iya. Itu adalah lagu yang dinyanyikan untuk Campanella tetapi bukannya dinyanyikan oleh Giovanni, tetapi Zanelli. Zanelli adalah anak yang kejam dan menjadi alasan yang kuat atas kematian Campanella. Dalam beberapa hal, saya memiliki empati untuk Zanelli. Kesalahan yang dilakukan seseorang, bisa menjadi penyebab langsung atau tidak langsung dari kematian orang lain. Saya pikir banyak pilihan yang dibuat seseorang dapat dihubungkan dengan kematian orang lain. Contohnya adalah, seseorang yang membawa penyakit dan tidak tahu hal itu secara tidak sengaja menginfeksi orang lain dan karena itu seseorang menjadi sakit dan meninggal. Banyaknya pilihan yang dibuat dapat menyebabkan kematian seseorang. Zanelli adalah orang yang telah menyaksikannya dan harus hidup dengan fakta bahwa dia penyebab langsung kematian Campanella. Di satu sisi, itu terkait dengan karakter saya yang suka menghukum diri saya

Pelajaran kepada diri sendiri sebagai musisi pop

Topik tentang “Campanella” sepertinya berkaitan dengan motif dari lagu lainnya seperti “Yasashii Hito”, adalah lagu yang dinyanyikan dari sudut pandang orang yang menyakiti seseorang dengan niat buruk, atau dari orang yang melihat seseorang di-bully. Lagu ini ditulis dengan kata-kata yang sederhana dan lugas, bukan metafora.

Saya berencana untuk memperkenalkan lagu ini selama tur – “Sekitsui ga opparu ni naru koro”. Awalnya lagu ini dimulai dengan lirik ‘ketika tulang belakang menjadi opal di mana saya akan berada”. Dasar lagunya tidak berubah dan lirik bagian chorusnya persis sama. Namun, seiring berjalannya waktu, situasi dan posisi saya berubah, jadi sudah tidak tulus lagi kalua dibiarkan sama liriknya. Kata yang asli memiliki celah di dalam kata-katanya untuk memberi penafsiran bebas bagi yang mendengarkan. Tapi itu tidak sesuai dengan diriku yang sekarang. Saya pikir dengan merilisnya apa adanya akan lari dari tujuan utamanya atau akan mengakibatkan saya melarikan diri dari tanggung jawab sebagai musisi pop. Itulah mengapa saya ingin mengungkapkan pikiran saya secara langsung dan jelas.

Ini adalah lagu yang masuk jauh ke dalam hati. Hal-hal yang tidak sempurna, hal-hal yang tidak ingin dilihat, hal-hal yang ingin kita tutupi diungkapkan dengan kata-kata. Tapi dengan melakukan itu menjadikan lagu ini adalah sebuah lagu yang indah.

Sebenarnya, saya berpikir, “Apakah ini lagu yang harus saya rilis?”. Dalam lagu tersebut, terlihat jelas untuk melihat yang tertindas dan tersakiti tetapi saat kita berbicara ada orang yang berada dalam situasi yang sama. Dengan merilis lagu ini, mungkin akan menambah rasa sakit dan mungkin membuka penyebab yang menjadi alasan rasa sakit. Namun pada akhirnya, saya memutuskan untuk merilis lagu ini. Saya banyak berpikir tentang apapun yang saya lakukan pada dasarnya bisa menyakiti seseorang, jadi saya merasa itu adalah tanggung jawab saya untuk mengakui dan melakukan tindakan pencegahan ini di dalam diri saya.

“Canary” dan perubahan

Tadi Anda menyebutkan bahwa “Canary” adalah lagu yang sulit dibuat? Pada kejadian apa lagu ini dibuat?

Waktu saya membuat lagu ini, dunia sedang dilanda kebingungan tentang penyebaran virus COVID-19. Banyak musisi berbagi apa yang mereka bisa dan ketika melihat itu saya juga berpikir untuk melakukan apa yang saya bisa. Kesimpulannya adalah saya perlu membuat musik baru. Membuat musik adalah panggilan hidup saya, dan telah menjadi bagian kehidupan. Apa yang dapat saya lakukan untuk orang-orang yang terengah-engah kesakitan, adalah membuat musik dengan pesan “Tidak apa-apa untuk hidup di dunia ini”. Ini mungkin cara yang tidak penting atau hanya omong kosong yang tidak ada gunanya, tetapi meskipun demikian saya menyadari bahwa saya perlu menciptakan musik. Saat itulah saya membuat “Canary”. Tapi saya banyak memikirkan bagaimana membuat lagu ini. Sebelum membuat “Canary”, saya membuat lagu lain tentang virus COVID-19.

Apakah lagu itu ada di album ini?

Tidak, tidak termasuk. Lagu itu sangat suram dan tidak tepat jadi tidak dirilis. Makanya saya buang dan membuat lagu yang menguatkan orang. Tapi pada waktu yang bersamaan, saya tidak bisa hanya menguatkan orang saja. Ada berbagai macam kemarahan dan kekecewaan dalam diri saya, dan saya harus menerimanya. Pemikiran tersebut muncul ketika membuat “Canary” yang membuat saya menghabiskan banyak energi. Pikiran lainnya tentang lagu ini menyangkut tipe chord yang akan digunakan dan hal hal yang terkait dengan melodi lagu dengan topik seperti itu.

Seperti yang anda katakan, saya melihat bahwa ini adalah lagu yang dibuat dengan dunia yang berubah drastis karena virus COVID-19, tetapi pada saat yang sama saya percaya ini adalah lagu yang akan masuk akal untuk sepuluh atau bahkan dua puluh tahun dari sekarang. Apakah itu sesuatu yang Anda sadari?

Sehubungan dengan lagu ini, saya memiliki keinginan yang kuat untuk menegaskan bahwa akan ada perubahan. Saat membuat musik saya selalu terpaku pada “kebutuhan untuk terus berubah” jadi mungkin itu wajar bagi saya. Karena virus COVID-19, kehidupan sehari-hari kita berubah drastis tepat di depan mata kita tetapi pada akhirnya kita perlu menerimanya. Biasanya dikatakan bahwa dalam 7 tahun, sel manusia semuanya akan diganti dan secara biologis kita akan menjadi orang yang berbeda. Dalam hal ini, apa pun masalahnya tidak mungkin untuk sama terus-terusan. Misalnya, ketika Anda mencintai seseorang dan berpikir “Aku ingin bersamamu karena kamu adalah tipe orang yang seperti ini”, itu bersifat sementara dan suatu saat akan berubah. Jika Anda tetap berpegang pada gagasan itu Anda mengunci orang itu dalam bingkai tertentu yang akan menjadi hubungan tidak sehat. Jadi setidaknya saya pribadi ingin menegaskan perlunya perubahan.

Semua yang baru saja Anda sebutkan tercermin dalam lirik “Kau dan aku akan berubah/pada saat kita akan bertengkar/saling menyakiti/setiap kali kita kehilangan diri kita sendiri/kita jatuh cinta untuk meyakinkan diri kita sendiri.”

Ya. “Aku menyukaimu, tapi tidak harus selalu dirimu yang membuatku ingin mencintaimu, sebanyak yang aku bisa sekarang”, adalah salah satu kemungkinan cara berpikir. Ini adalah hal-hal yang selalu ingin saya tanyakan. Di mana saya akan berdiri sekarang? Bagaimana dunia akan berubah? Ini adalah hal-hal yang harus kita periksa satu sama lain untuk mengetahui makna di baliknya. Jadi saya ingin menyanyikan tentang penegasan dan penerimaan dari perubahan tersebut. Bagian reff lagu “Tidak apa-apa karena itu kamu”, awalnya “tidak harus kamu”. Tapi itu akan terlalu gambling dan akan tidak konsisten, jadi lagu ini menjadi “Tidak apa-apa karena itu kamu”. Tapi niat saya adalah memberikan ruang untuk kata-kata “(tidak harus kamu)” dalam lirik “Tidak apa-apa karena itu kamu”.

Tentang Yojiro Noda sang pentolan Radwimps

PLACEBO adalah lagu kolaborasi dengan Yojiro Noda dari RADWIMPS

Yojiro dan saya telah sering ngobrol untuk membuat lagu bareng. Dia sering membawa saya untuk nongkrong dan saya berkata “bakal bagus ini kalau kita bisa berkolaborasi suatu hari nanti” dan dia sangat positif akan hal itu. Jadi ketika waktunya tepat kami datang dengan lagu ini yang menurut ekspektasi banyak orang tidak seperti ini kolaborasi antara Kenshi Yonezu dan Yojiro Noda.

Sejujurnya ya, itu tidak terduga.

Benar kan? (tertawa). Kami melakukannya dengan sengaja. RADWIMPS terus membangun sejarah mereka dan saya telah dipengaruhi oleh itu jadi itu salah satu maksudnya. Saya memiliki kepercayaan diri untuk membuat sesuatu seperti itu, tetapi saya punya firasat waktunya tidak sekarang.

Lagu ini adalah sama sekali berbeda dari musik RADWIMPS dan Kenshi Yonezu. Lagu ini seperti merupakan lagu ceria ala era 80-an.

Ini bukanlah lagu yang saya buat sendiri dan wajar buat saya. Hubungan kami berlanjut dari tahun 2015, saat kami tampil di acara yang sama. Saat keluar minum dengan Yojiro, kami selalu membicarakan topik apapun, jadi lagu seperti itu benar-benar alami dan apa adanya. Lagu ini diciptakan berdasarkan Yojiro yang semua orang kenal dan saya kenal. Yojiro yang kesepian tapi keceriaan, sisi ramahnya, dan berdasarkan Yojiro-san yang semua orang kenal dan Yojiro-san yang aku kenal, inilah lagu yang diciptakan.

Yojiro juga berkomentar tentang hal ini, tetapi suara yang diciptakan oleh suaramu yang tumpang tindih itu luar biasa dan sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.

Saya sangat bersemangat tentang hal ini juga, dan ketika suara kami digabungkan selama rekaman itu benar-benar menyentuh hati saya, saya belum pernah mendengar nyanyian semacam ini dari Yojiro. Kalau dipikir-pikir, rasanya sangat murni dan jelas terlihat kontras di antara kami dan untuk dapat melihat sisi baru seseorang yang menjadi inspirasi saya. Saya gembira bahwa saya dapat membuat lagu ini.

Hubungan antar manusia di dalam STRAY SHEEP

Kesan saya terhadap keseluruhan album ini adalah ada banyak lagu yang menggunakan kata anata (kamu) dan kimi (kamu) dalam liriknya. Jadi, saya pikir lagu-lagu tersebut mungkin tentang hubungan dengan orang lain.

Dalam beberapa tahun terakhir, saya mulai menyadari bahwa saya menjalani hidup berkat bantuan orang lain hal yang sama berlaku ketika membuat lagu pop. Karena pada akhirnya, musik tidak mungkin hidup kecuali seseorang mendengarkannya. Hal ini tidak bisa diraih bila tidak ada orang lain dan ini menjadi hal pasti bagi saya dalam proses pembuatan lagu. Sejarah musik Kenshi Yonezu mungkin akan menuju ke sana. Tidak ada artinya, jika saya membuat sesuatu sendirian. Saya telah menyadari bahwa cara paling sehat untuk menciptakan music adalah membuat musik berdasarkan hubungan dengan orang yang berbeda di sekitar saya. Akhir-akhir ini, saya melihat hasilnya. Saya membawakan ulang lagu ciptaan saya sendiri “Machigai Sagashi” dan tanpa Masaki Suda (penyanyi asli Machigai Sagashi – red) saya pasti tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Dengan semua orang yang berbeda di sekitar saya, musik saya telah berkembang dan saya puas akan hal itu. Tentu saja, ada banyak masalah rumit saat berhubungan dengan orang lain tapi terima kasih kepada orang-orang itu saya adalah saya di hari ini dan saya yakin, ada kalanya saya melukai mereka juga.

Setuju

Saya adalah tipe orang yang ingin menjalani hidup yang tenang. Saya hanya ingin tinggal di kamar saya membaca manga dan menonton film sepanjang hari. Tapi saya tidak memilih gaya hidup yang merupakan awal dari sejarah saya. Anata (kamu) yang ada di sisi lain menjadi lebih berbeda dan orang-orang yang mendengarkan musik saya berangsur-angsur mengisi ruang pribadi saya.

Terutama beberapa tahun terakhir, inspirasi dan pengaruh yang Anda terima dari pertemuan dengan semua orang ini pasti sangat besar.

Ya, itu benar. Misalnya, ketika minum kata-kata sepele dari seseorang membuat saya berpikir “Oh, itu cara yang baik untuk mengatakannya”. Saya suka minum tetapi ketika saya melakukannya, saya menjadi emosional atau lebih tepatnya lebih banyak hal yang subjektif masuk yang menyebabkan banyak konflik Karena saya biasanya tetap tenang, ketika saya pergi minum dengan seseorang perbedaan saya langsung menonjol. Ada lebih banyak momen dibandingkan dengan masa lalu dimana saya merasakan orang-orang berbeda dari saya. Keindahan yang orang lain punya mungkin sulit untuk diterima. Tapi saya mulai mencari, bagaimana saya bisa mendapatkan keindahan orang itu. Karena itu, pengaruh yang saya terima dari orang-orang langsung menuju musik saya.

Saya merasa banyak hal akan berubah dengan album ini sebagai pijakan awalnya

Flamingo atau Cranberry to Pancake dan beberapa lagu diciptakan saat keluar minum-minum. Tetapi beberapa bulan terakhir peluang melakukan hal itu semakin mengecil.

Tidak ada peluang untuk itu. Mungkin selama 3 bulan. Selama masa karantina mandiri, saya tidak berbicara dengan siapa pun selain orang yang bekerja dengan saya. Saya menutup semua komunikasi dan tidak minum sama sekali. Sampai saat itu, saya selalu minum tapi saya bisa hidup tanpanya.

Apakah kamu lebih sehat?

Saya tidak lebih sehat. Saya selalu bekerja di kursi dan tidak berolahraga sama sekali. Setelah masa karantina selesai kami melakukan gladi bersih video musik “Kanden” dan saat saya melompat ke mobil, punggung saya terkilir. Saya tersadar bahwa saya sudah berusia 30 (tertawa).

Terakhir, saya ingin bertanya kepada Anda. Dengan beberapa waktu telah berlalu ketika STRAY SHEEP selesai, menurut Anda album seperti apa itu?

Saya seperti mengembara di tengah pengalaman negatif.  Itulah mengapa judul albumnya adalah “STRAY SHEEP”. Saya sudah dewasa dan saya tahu saya berada di usia di mana saya diberitahu “Saya harus segera menetapkan sesuatu dan hidup bermartabat”. Tapi saya belum belajar apa-apa dan saya masih terus “bertanya-tanya apakah ini benar-benar oke”. Pikiran ini terkait langsung dengan musik saya tetapi karena saya saat ini puas, saya rasa tidak apa-apa. Tapi saya tahu saya harus lebih bertanggung jawab. Tentu saja, penting untuk menjadi bebas seperti anak kecil dan kepolosan adalah sebuah bentuk keindahan tetapi cara penciptaan yang sehat dan tulus bukan seperti itu. Terutama dalam hal membuat lagu pop, terkadang saya merasakan kesengsaraan atau ketidakberdayaan orang dewasa. Keinginan agar lebih banyak orang mendengarkan atau ingin mengembangkan musik saya lebih luas lagi membuat saya berpikir betapa dangkalnya saya. Dan dengan itu, saya secara tidak sadar mungkin menyakiti seseorang. Dengan semakin banyak orang mendengarkan musik saya tidak peduli seberapa besar kepositifan yang saya kirimkan mungkin bisa ditolak oleh beberapa orang. Ekspresi saya sendiri mungkin lebih ke arah perusakan perubahan secara terstruktur. Saya pikir saya perlu lebih peka terhadap tanggung jawab akan hal itu. Saya percaya bahwa jawaban saya untuk semua ini tercermin di album ini. Paling tidak, menjadi album dengan kesadaran yang lebih kuat ingin menciptakan sesuatu yang indah sebagai sebuah hiburan sekaligus merepresentasikan semua itu.

Dalam hal itu, ini adalah album yang secara jelas menggambarkan perubahan setelah Lemon. Sebagai orang yang menciptakan lagu pop yang telah mencapai posisi yang seimbang, Anda harus memberikan jawaban yang tepat.

Saya yakin begitu. Tapi itu mungkin bukan cara yang disetujui untuk mengambil sebuah tanggung jawab. Toh, ada banyak permintaan. Saya diberitahu, Anda memiliki pengaruh jadi mengapa tidak lakukan seperti ini, atau lakukan seperti itu. Ini bukan album yang mengabulkan semua permintaan. Tapi setidaknya, inilah yang menurut saya harus saya lakukan dan yang terbaik yang bisa saya lakukan, saat ini. Dan mulai sekarang, saya merasa banyak hal akan berubah, dengan album ini sebagai dasarnya.

Bagi para pendengar, STRAY SHEEP ini mungkin sebuah album yang akan diterima sebagai sebuah permata, seperti yang telah Anda gambarkan. Apalagi bagi mereka yang hatinya terluka, atau mereka yang pernah mengalami penindasan, mungkin itu akan membantu untuk menerima diri mereka sebagai permata dan mendefinisikan kembali diri mereka sendiri.

Pada akhirnya, hal yang sulit untuk merubah orang seperti itu. Saya bertanya-tanya apa yang bisa saya lakukan untuk orang-orang yang rapuh atau mudah tertekan dengan hal sepele. Sebagai orang dewasa, saya menerima kelemahan dan mencari cara untuk membungkusnya. Di atas segalanya, mungkin itulah yang paling saya perhatikan.

Stray Sheep telah dirilis pada 5 Agustus 2020 via Sony Music. Dengarkan albumnya disini

Wawancara asli oleh Tomonori Shiba via Natalie Music
Wawancara Inggris diterjemahkan oleh Sony Music
Diterjemahkan oleh Luthfi Suryanda Atmojo
Terima kasih kepada Sony Music Indonesia atas bantuannya