[Manga Spotlight] Takhta

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Takhta memiliki arti 1. tempat duduk raja; 2. kedudukan. Dalam serial komik yang memiliki judul tersebut, tergambar simbolisasi akan beberapa pihak yang merebutkan hegemoni dengan prestisenya masing-masing. Kali ini saya akan membahas komik yang diterbitkan oleh Kosmik via lini Dark Matter mereka.

Takhta adalah karya dari duo Kathrinna Rakhmavika dan Kello Rayder yang masing-masing berperan sebagai penulis dan artist. Bagi Rakhmavika atau biasa dipanggil Nana, Takhta merupakan karya ketiganya dalam dunia komik setelah sebelumnya menjadi penulis komik “Mera Puti Emas: Cerita Anak Bawang” dan “Gastronomale“. Sementara itu, Takhta adalah karya keempat bagi Kello Rayder di dunia komik. Artist asal Pekalongan ini sebelumnya menggarap komik “The Cronicle of Seven“, “BARA: The Dark Age of Banda“, dan “The Chronicle of Seven” versi webtoon.

Sinopsis Takhta:

Acara Temu Akbar Pelajar Mahadaya Nasional akan diselenggerakan di sebuah pulau di perairan timur Indonesia. 200 pelajar calon penerima penghargaannya akan tiba dengan kapal Welenrenge, kapal mutakhir full-otomatisasi, inoviasi terbaru karya anak bangsa. Di tengah ratusan pelajar terbaik itu, tidak ada yang tahu bahwa seorang lulusan SMP yang cerdas bernama Makkawaru atau biasa dipanggil Waru menyusup di antara mereka.

Dalam perjalanan, kapal tersebut tiba-tiba diterjang badai hebat, nyaris mengaramkan para anak muda tersebut beserta tiga kru dan ratusan robot pembantu. Kelihaian Waru memanipulasi berhasil membentuk tim gabungan antara Bumi Banda atau Iban dari SMK Perkapalan Kalimantan Samarinda, dan Satria Bayu Aditya, dari SMAN Pemerintahan Dalam Negeri Jaya Negara, untuk menyelamatkan kapal hingga berhasil berlabuh di sebuah pulau antah berantah (selanjutnya disebut Negeri Muda).

Namun di sanalah permasalahan sebenarnya dimulai. Para pelajar ini harus menemukan cara kembali pulang sambil berkutat dengan tantangan baru: siapa yang akan memimpin mereka melakukannya.

Waru yang tadinya tidak peduli berakhir menjadi pengusung Jun, seorang siswa SMA swasta yang tidak menonjol untuk melawan Satria, sang Pelajar Mahadaya Nasional yang gila kekuasaan.

Ada beberapa karakter utama di komik Takhta ini yang paling menonjol. Mulai dari Makkawaru Keraf (Waru), Satria Bayu Aditya (Satria), Bumi Banda (Iban), Wijaya Seruni (Uni), Valentina Melodia (Mello) dan Januardi Wijaya (Jun). Masing-masing memiliki perangai dan pandangan sosial yang berbeda, namun mereka memiliki tujuan yang sama, menyelamatkan diri sambil mewujudkan mimpinya.

Introduction in Quick Succession

Saya sudah mengira dalam komik Takhta ini bakal menggunakan tempo pengenalan karakter lebih cepat seperti komik Indonesia yang pernah saya baca sebelumnya. Tanpa ba-bi-bu, kita sudah dikenalkan dengan karakter utama beserta kemungkinan lawan mainnya. Satria dan Iban menjadi karakter pivot yang tampil demi menggoreng bahan-bahan potensial untuk dijadikan konflik dalam cerita. Namun bukan hanya keduanya yang berperan banyak dalam masing-masing poros, ada karakter lain yang tidak berposisi di spotlight yang juga bergerilya di bawah tanah.

Waru menjadi sentrum dari cerita komik ini, walau dalam beberapa halaman malah menjadi pengamat di belakang layar. Namun posisinya ini yang membuatnya makin menarik, karena ia tidak menjadi tipikal protagonis yang selalu ingin terlibat akan suatu masalah seperti Satria. Ia mengamati, mempelajari, dan menganalisis sendiri apa yang ia tangkap dengan inderanya. Seorang yang mandiri, namun secara makro ia bukan termasuk karakter terkuat. Karakter lain yang muncul lebih sebagai pendukung di lima chapter awal seperti Uni, Mello, dan Jun.

Skating on Thin Ice

Melihat sinopsisnya saja sudah terasa mendetail akan jalan cerita awal-awal chapter ini. Sehingga impresi saya cukup pesimistis untuk membuat ceritanya kian mendalam. Seolah sinopsis ini membekukan satu danau secara horizontal, tapi tidak secara vertikal. Namun pikiran saya mulai berubah dengan pendalaman masing-masing karakter seperti Waru, Jun, Mello, dan Satria. Representasi dari manusia masa kini yang sering ditemui dalam media mainstream, diadu dalam suatu dunia fiksi, Dari keempat karakter yang saya sebut, latar belakang Mello yang paling membuat saya kagum.

Tentunya saya gak mau spoiler lebih banyak disini. Jadi saya cuma menyebar remah-remah dari cerita berbentuk roti dalam lima chapter ini. Mello mengingatkan saya dengan karakter dari salah satu novel visual KoiChoco yang dirilis kurang dari satu dekade lalu. Tentunya dengan desain karakter berbeda. Sedari awal ia mengutarakan idenya ke Waru, saya berekspektasi Mello bakal menjadi perempuan pionir perubahan terbaru dalam perebutan hegemoni dua karakter berbeda poros itu. Meskipun saya mengira dirinya tak bakal tampil di spotlight, paling tidak tujuan idealisnya bakal berdampak lebih dari mengusung hal baru dari kepalanya. Kutipan yang paling saya sukai darinya, “Udah susah-susah di era modern kita nemu demokrasi, terus lo masih mau pake cara abad pertengahan?”.

Verdict: Incoming, Rethoric Battle!

Dengan persiapan pemilu dan pengusungan kandidat yang sudah berjalan, masing-masing poros bakal mempersiapkan segala cara untuk mendulang suara lebih banyak. Entah itu secara represif ataupun harus menggunakan embel-embel barang pengganti suara pemilih. Tekanan dari masing-masing poros bakal terasa berat, walau serial komik ini berjalan dengan tempo cukup cepat.

Ekspektasi besar? Tentunya dengan penggunaan karakter, setting, dan aspek cerita yang cukup enak digoreng ini, saya menantikan pengembangan cerita yang bisa memecah gelembung konflik di dalamnya. Semoga tak ada yang bunuh-bunuhan saja sih haha. Keep it clean, fancy, and respectable.

Ingin mengikuti serialisasi komik Takhta? Kalian dapat mendukung serta membacanya di laman Karyakarsa (tautan).

Kathrinna Rakhmavika: Twitter dan Instagram @GambarNana

Kello Rayder: Instagram @KelloRayder, dan Facebook Kello Rayder

Kosmik: Linktree

Dark Matter: Karyakarsa